Author: Yustin Nur Faizah S.Tr.Ak.,M.Ak.,AK
Dosen: D3 Akuntansi
Membaca buku merupakan jendela dunia dan jendela ilmu pengetahuan. Membaca buku akan membuka wawasan dan pola pikir yang luas untuk mengetahui berbagai informasi pengetahuan dalam hal ekonomi, politik, sains, teknologi, budaya, dan aspek pengetahuan lainnya. Sayangnya minat membaca masyarakat indonesia khusunya anak muda sangat rendah. Unesco menyebutkan bahwa indeks minat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya hanya 1 orang yang gemar membaca dari 1.000 orang. Hasil riset dari Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 menjelaskan bahwa indonesia masuk peringkat 60 dari 61 negara soal minat baca. Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah (Ilham, 2022).
Masyarakat Indonesia lebih cerewet di media sosial untuk mengurusi orang sedangkan minat membacanya sangat rendah (Widodo, Indraswasti, Erfan, Maulyda, & Rahmatih, 2020). Bagi anak-anak jaman sekarang lebih senang menonton drama korea, menonton film percintaan, dan menscrol-scroll tiktok sampai berjam-jam (Devega, 2017). Padahal untuk melihat kualitas sumber daya manusia dalam sebuah Negera bisa terlihat dari minat baca (Radity, 2016). Membaca merupakan salah karakter sangat penting yang harus ditanamkan kepada setiap orang khusunya kepada generasi Z. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi minat baca salah satunya berasal dari kesadaran diri sendiri (Benediktus, 2017). Untuk membangun kesadaran diri diperlukan lingkungan yang mendukung terciptanya kesadaran literasi sejak dini. Memaksakan budaya membaca satu hari satu lembar kepada generasi Z (Siswa/i atau Mahasiswa/i) yang diterapkan oleh pendidik dan di pantau oleh kedua orang tua.
Pemaksaan untuk membaca satu hari satu lembar merupakan inisiatif agar siswa/i atau mahasiswa/i agar terbiasa dan akhirnya menjadi budaya. Budaya membaca di sekolah atau kampus akhirnya berjalan dengan sendirinya, sama halnya kebiasaan upacara setiap hari senin yang dimulai dipaksa akhirnya dengan sendiri bisa terbiasa (Widodo, Indraswasti, Erfan, Maulyda, dan Rahmatih, 2020). Membaca satu hari satu lembar buku bisa dimulai dengan membaca ulang hasil pelajaran hari ini dan dipahami ulang atau membaca mata pelajaran besoknya yang akan guru atau dosen terangkan. Guru dan Dosen-lah yang seharusnya berperan penting memberikan tugas baca tersebut kepada semua siswa/i atau mahasiswa/i setelah mata pelajaran selesai. Tugas baca tersebut kemudian direview oleh guru dan dosen dengan menanyakan kepada siswa/i atau mahasiswa/i secara acak tentang materi kemarin atau materi minggu kemarin selama 15-30 menit (Elendiana, 2020).
Tugas guru dan dosen akan berjalan efektif dibutuhkan beberapa faktor pendukung seperti pengawasan dari orang tua dengan menanyakan hasil dari pembelajaran minimal seminggu sekali baik via telpon atau dirumah. Komunikasi antara orang tua dan pendidik (guru dan dosen) sangat diperlukan dalam perkembangan siswa/i atu mahasiswa/i dalam menyerap ilmu pengetahuan (Luchiyanti & Rezania, 2022). Faktor pendukung lainnya adalah perpustakan yang nyaman dan petugas perpustakaan yang ramah memberikan nilai tambah bagi siswa/i atu mahasiswa/i untuk nongkrong bersama teman-teman sambil membaca buku. Selain itu, buku penunjang yang sesuai bidang studi atau pelajaran sangat dibutuhkan agar fasilitas belajar bisa terpenuhi (Mariska et al., 2020).
Daftar Pustaka
Benediktus. (2017). Upaya Guru Meningkatkan Minat Baca Pada Siswa Kelas Iii. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 10, 10(6), 916–922.
Devega, E. (2017). TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos. Kementerian Komunikasi Dan Informatika. Retrieved from https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Intern et+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker
Elendiana, M. (2020). Upaya Meningkatkan Minat Baca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 2(1), 54–60. https://doi.org/10.31004/jpdk.v1i2.572
Ilham, B. U. (2022). Harbuknas 2022 : Literasi Indonesia Peringkat Ke-62 Dari 70 negara. BisnisKUMKM. Retrieved from https://bisniskumkm.com/harbuknas-2022-literasi-indonesia-peringkat-ke-62-dari-70-negara/
Luchiyanti, A., & Rezania, V. (2022). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Tarbiyah Wa Ta’lim: Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran, 9(2), 84–92. https://doi.org/10.47498/ihtirafiah.v1i01.598
Mariska, A., Adiningsih, A., Anindyta, C., Ratri, P. D., Anggraini, Y. P., & Safitri, D. (2020). Peningkatan Minat Baca Di Kalangan Anak Usia Dini Di Sekolah Alternatif Anak Jalanan (Saaja). Jurnal Terapan Abdimas, 5(1), 106. https://doi.org/10.25273/jta.v5i1.5013
Radity, W. A. (2016). Correlations of reading interest and social studies learning achievements. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(5), 64–71.
Widodo, A., Indraswasti, D., Erfan, M., Maulyda, M. A., & Rahmatih, A. N. (2020). Profil minat baca mahasiswa baru PGSD Universitas Mataram. Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar Dan Pembelajaran, 10(1), 34. https://doi.org/10.25273/pe.v10i1.5968