Pengelolaan Perhotelan

Perencanaan Pariwisata yang berkelanjutan

Oleh: Agus Sudarsono, S.ST.Par., M.Par.

Sumber: CNN Indonesia

Pengertian Perencanaan Pariwisata

Perencanaan pariwisata didefinisikan sebagai upaya menyusun strategi jangka pendek dan panjang untuk mengelola sumber daya wisata, mulai dari infrastruktur, atraksi, hingga layanan pendukung. Menurut Inskeep (1991), perencanaan pariwisata bertujuan untuk:

  1. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja.
  2. Melindungi warisan alam dan budaya.
  3. Menyeimbangkan kebutuhan wisatawan dengan kapasitas daya dukung destinasi.

Proses ini melibatkan kolaborasi antar-pemangku kepentingan, seperti pemerintah, swasta, komunitas lokal, dan LSM.

Tujuan Perencanaan Pariwisata

  1. Mengoptimalkan Potensi Ekonomi: Menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan daerah melalui aktivitas wisata.
  2. Melestarikan Lingkungan dan Budaya: Mencegah kerusakan ekosistem dan menjaga keaslian tradisi lokal.
  3. Meningkatkan Kualitas Destinasi: Memastikan fasilitas wisata memenuhi standar kenyamanan dan keamanan.
  4. Mengelola Keseimbangan: Menghindari kepadatan wisatawan yang melebihi kapasitas lingkungan (carrying capacity).

Prinsip Dasar Perencanaan Pariwisata

  1. Berbasis Keberlanjutan (Sustainable Tourism):
    • Mengutamakan penggunaan sumber daya ramah lingkungan.
    • Contoh: Pembangunan homestay berbahan lokal di Desa Penglipuran, Bali.
  2. Partisipatif:
    • Melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.
  3. Integratif:
    • Menyelaraskan rencana pariwisata dengan kebijakan pembangunan daerah.
  4. Adaptif:
    • Fleksibel terhadap perubahan tren wisatawan dan dampak global (misalnya pandemi).

Tahapan Perencanaan Pariwisata

  1. Analisis Situasi
    • Mengkaji potensi dan tantangan destinasi melalui analisis SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman).
    • Contoh: Identifikasi aksesibilitas, keunikan budaya, atau ancaman polusi.
  2. Penetapan Tujuan dan Prioritas
    • Menentukan target wisatawan (misalnya wisatawan domestik, backpacker, atau luxury travelers).
    • Menetapkan prioritas pembangunan (contoh: infrastruktur jalan sebelum promosi besar-besaran).
  3. Penyusunan Rencana Strategis
    • Merancang program seperti:
      • Pengembangan atraksi unggulan.
      • Pelatihan SDM pariwisata.
      • Kampanye pemasaran digital.
  4. Implementasi dan Monitoring
    • Melaksanakan rencana dengan melibatkan pihak terkait.
    • Memantau progres menggunakan indikator kinerja, seperti jumlah kunjungan atau tingkat kepuasan wisatawan.
  5. Evaluasi dan Revisi
    • Menilai keberhasilan program dan melakukan perbaikan berkala.

Hakikat Perencanaan Pariwisata

Perencanaan pariwisata adalah proses fundamental dalam menciptakan destinasi wisata yang berkelanjutan, inklusif, dan kompetitif. Hakikatnya tidak hanya sekadar menyusun rencana teknis, tetapi lebih pada membangun visi holistik yang memadukan kepentingan ekonomi, pelestarian lingkungan, keadilan sosial, dan keberlanjutan budaya. Pada intinya, perencanaan pariwisata adalah strategi transformatif untuk mengelola perubahan secara terarah, meminimalkan dampak negatif, dan memaksimalkan manfaat bagi semua pemangku kepentingan.

1. Filosofi Dasar Perencanaan Pariwisata

Hakikat perencanaan pariwisata bertumpu pada prinsip bahwa pariwisata bukanlah aktivitas yang netral. Setiap pengembangan destinasi akan membawa konsekuensi, baik positif maupun negatif. Oleh karena itu, perencanaan harus didasarkan pada:

  • Keseimbangan Ekologis: Menjaga daya dukung lingkungan agar tidak melebihi kapasitasnya.
  • Keberlanjutan Sosial-Budaya: Melindungi identitas lokal dan menghindari komersialisasi budaya yang eksploitatif.
  • Keadilan Ekonomi: Memastikan manfaat pariwisata dirasakan oleh masyarakat lokal, bukan hanya korporasi besar.

Contoh filosofi ini tercermin dalam konsep Sustainable Development Goals (SDGs), di mana pariwisata diarahkan untuk mendukung tujuan global seperti pengentasan kemiskinan (SDG 1) dan konsumsi berkelanjutan (SDG 12).

2. Prinsip Utama dalam Hakikat Perencanaan

a. Berorientasi pada Masa Depan (Future-Oriented)

Perencanaan pariwisata harus memikirkan jangka panjang, bukan hanya keuntungan sesaat. Misalnya, pembangunan resor di pesisir harus mempertimbangkan ancaman kenaikan permukaan laut akibat perubahan iklim.

b. Partisipatif dan Inklusif

Hakikat perencanaan yang baik melibatkan suara semua pihak, terutama masyarakat lokal. Tanpa partisipasi mereka, rencana akan sulit diimplementasikan dan berisiko menimbulkan konflik. Contoh: Desa Wisata Pentingsari di Yogyakarta sukses karena perencanaannya melibatkan warga sejak awal.

c. Adaptif terhadap Dinamika Global

Perencanaan harus fleksibel menghadapi tren seperti digitalisasi, preferensi wisatawan pasca-pandemi, atau isu kesehatan global.

d. Berbasis Data dan Analisis

Perencanaan tidak boleh dilakukan secara spekulatif. Data seperti jumlah wisatawan, daya dukung lingkungan, dan preferensi pasar menjadi dasar pengambilan keputusan.

3. Tujuan Hakiki Perencanaan Pariwisata

  1. Mengoptimalkan Sumber Daya: Memanfaatkan potensi alam, budaya, dan manusia secara efisien.
  2. Mencegah Kerusakan: Mengantisipasi dampak negatif seperti polusi, kepadatan berlebihan (overtourism), atau hilangnya identitas budaya.
  3. Menciptakan Kesejahteraan Bersama: Memastikan pendapatan pariwisata tidak hanya dinikmati segelintir pihak.
  4. Membangun Ketahanan Destinasi: Membuat destinasi mampu bertahan dari guncangan ekonomi, bencana, atau krisis.

Manfaat Perencanaan Pariwisata

Perencanaan pariwisata tidak hanya penting untuk pengembangan destinasi, tetapi juga menjadi kunci keberlanjutan sektor pariwisata. Berikut manfaat utamanya:

1. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

  • Pariwisata yang terencana menciptakan lapangan kerja langsung (misalnya: pemandu wisata, penginapan) dan tidak langsung (misalnya: UMKM kerajinan tangan).
  • Contoh: Di Bali, 80% pendapatan daerah berasal dari sektor pariwisata yang dikelola dengan perencanaan matang.

2. Melestarikan Lingkungan dan Budaya

  • Rencana pariwisata yang baik membatasi eksploitasi sumber daya alam dan mengatur konservasi.
  • Contoh: Taman Nasional Raja Ampat menerapkan kuota pengunjung untuk melindungi terumbu karang.

3. Mencegah Overtourism

  • Perencanaan mengatur distribusi wisatawan sehingga tidak melebihi daya dukung lingkungan (carrying capacity).
  • Contoh: Venesia, Italia, memberlakukan tiket masuk dan pembatasan kapal pesiar untuk mengurangi kepadatan.

4. Meningkatkan Kualitas Destinasi

  • Infrastruktur seperti jalan, sanitasi, dan fasilitas umum dibangun secara terarah untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan.
  • Contoh: Kawasan Labuan Bajo direvitalisasi dengan pembangunan bandara dan pusat informasi wisata.

5. Memperkuat Identitas Lokal

  • Perencanaan pariwisata berbasis budaya lokal mencegah homogenisasi destinasi.
  • Contoh: Desa Wisata Tenganan di Bali mempertahankan tradisi Bali Aga sebagai daya tarik utama.

6. Mendorong Partisipasi Masyarakat

  • Masyarakat dilibatkan dalam pengambilan keputusan, sehingga merasa memiliki dan mendapat manfaat ekonomi.
  • Contoh: Desa Pentingsari, Yogyakarta, sukses mengembangkan wisata homestay dengan pelibatan warga.

Tahapan Perencanaan Pariwisata

Perencanaan pariwisata dilakukan melalui proses sistematis untuk memastikan tujuan tercapai. Berikut tahapannya:

1. Analisis Situasi dan Kebutuhan

  • Tujuan: Mengidentifikasi potensi, tantangan, dan kebutuhan destinasi.
  • Aktivitas:
    • Studi SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman).
    • Analisis daya dukung lingkungan (carrying capacity).
    • Survei preferensi wisatawan dan kebutuhan masyarakat.
    • Contoh: Pemerintah Jawa Barat melakukan survei untuk mengidentifikasi potensi wisata alam di Kabupaten Garut.

2. Penetapan Tujuan dan Prioritas

  • Tujuan: Menentukan target jangka pendek dan panjang.
  • Aktivitas:
    • Merumuskan visi dan misi (misal: “Menjadikan Danau Toba sebagai destinasi wisata berkelas dunia”).
    • Menetapkan prioritas program (misal: pembangunan infrastruktur sebelum promosi besar-besaran).

3. Penyusunan Rencana Strategis

  • Tujuan: Membuat roadmap pengembangan yang terukur.
  • Aktivitas:
    • Menyusun strategi pemasaran (digital marketing, kerja sama dengan biro perjalanan).
    • Merancang program pengembangan atraksi (festival budaya, ekowisata).
    • Menyiapkan anggaran dan sumber daya.
  • Contoh: Rencana strategis “Wonderful Indonesia 2024” fokus pada promosi 5 destinasi super prioritas.

4. Implementasi Rencana

  • Tujuan: Mengeksekusi program sesuai jadwal dan anggaran.
  • Aktivitas:
    • Koordinasi antar-pemangku kepentingan (pemerintah, swasta, komunitas).
    • Pelatihan SDM pariwisata (misal: sertifikasi pemandu wisata).
    • Pembangunan infrastruktur (jalan, bandara, fasilitas umum).
  • Contoh: Proyek pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta (NYIA) untuk mendukung aksesibilitas wisata.

5. Monitoring dan Evaluasi

  • Tujuan: Memastikan rencana berjalan efektif dan sesuai target.
  • Aktivitas:
    • Mengukur indikator kinerja (jumlah wisatawan, pendapatan, tingkat kepuasan).
    • Evaluasi dampak lingkungan dan sosial.
    • Revisi rencana jika diperlukan.
  • Contoh: Evaluasi tahunan terhadap program “10 Bali Baru” untuk menilai pencapaian target.

6. Pengawasan dan Penyesuaian

  • Tujuan: Memastikan keberlanjutan dan adaptasi terhadap perubahan.
  • Aktivitas:
    • Audit reguler terhadap fasilitas wisata.
    • Penyesuaian strategi berdasarkan tren baru (misal: pariwisata kesehatan pasca-pandemi).

Sumber Referensi:

Aarstad, J., Ness, H., & Haugland, S. A. (2015). Innovation, uncertainty, and inter-firm shortcut ties in a tourism destination context. Tourism Management, 48(1), 354–361.

Adler, P.S. and Kwon, S.-W. (2002) ‘Social capital: Prospects for a new concept’, Academy of management review, 27(1), pp. 17–40.

Afriesta, C. L. B. (2020). Korelasi Antara Push dan Pull Factor Wisata Kawasan dan Bangunan Bersejarah. Jurnal Pariwisata Terapan, 4(1), 1.

A.J Burkat dalam Damanik (2006) Perencanaan Ekowisata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *