Administrasi Bisnis

Wellbeing Di Tempat Kerja

Oleh: Dr. Siti Mahmudah, S.Sos., M.Si.

Sumber: Freepik

Wellbeing di tempat kerja mengacu pada kondisi kesejahteraan karyawan yang mencakup aspek fisik, mental, emosional, dan sosial dalam lingkungan kerja. Ini bukan hanya tentang kesehatan fisik, tetapi juga tentang bagaimana perasaan karyawan terhadap pekerjaannya, interaksi sosialnya, dan bagaimana karyawan dapat mengelola stres dan beban kerja. Wellbeing di tempat kerja meliputi banyak faktor seperti lingkungan kerja yang nyaman dan aman, budaya perusahaan yang positif, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta dukungan yang memadai dari manajemen dan rekan kerja. Kesejahteraan yang baik di tempat kerja memungkinkan karyawan untuk bekerja dengan produktif dan merasa puas dengan pekerjaannya, yang pada akhirnya berkontribusi pada kesuksesan keseluruhan perusahaan (Harter et al., 2003; Wardani & Noviyani, 2021).

Wellbeing di tempat kerja sangat penting karena berdampak langsung pada produktivitas, kepuasan kerja, dan retensi karyawan (McCrindle, 2020; Gelencsér et al., 2023; Santoso, 2024).  Karyawan yang merasa sehat dan bahagia cenderung lebih produktif, kreatif, dan termotivasi, serta lebih memungkinkan untuk berkolaborasi dengan baik sesame rekan kerja, mengatasi tantangan dengan lebih efektif, dan memberikan kontribusi positif terhadap budaya perusahaan. Selain itu, perusahaan yang memprioritaskan kesejahteraan karyawan akan memiliki tingkat presensi yang lebih tinggi dan mengurangi biaya yang terkait dengan kesehatan dan turnover karyawan. Dampak positif wellbeing di tempat kerja juga meluas ke reputasi perusahaan. Perusahaan yang dikenal peduli terhadap kesejahteraan karyawannya cenderung lebih menarik bagi calon karyawan berbakat, yang mencari lingkungan kerja yang mendukung dan memotivasi, serta memperkuat posisi perusahaan di pasar yang disebabkan oleh meningkatnya citra perusahaan di mata pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya. Selain bermanfaat langsung bagi perusahaan, wellbeing di tempat kerja juga memiliki implikasi sosial yang lebih luas. Ketika karyawan merasa sejahtera, karyawan cenderung membawa energi positif dan kesehatan mental yang baik ke dalam kehidupan pribadinya, yang dapat berkontribusi pada kesejahteraan komunitas secara keseluruhan. Oleh karena itu, investasi dalam wellbeing di tempat kerja adalah investasi dalam kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas (Wulandari & Wardani, 2021; Disastra & Choandi, 2024).

Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk menggali lebih dalam tentang konsep wellbeing di tempat kerja, memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan mengeksplorasi strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan.  Dengan memahami berbagai aspek yang berkontribusi pada wellbeing di tempat kerja, perusahaan dapat mengembangkan kebijakan dan program yang efektif untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan memotivasi karyawan. Melalui pembahasan ini, diharapkan juga untuk menekankan pentingnya komitmen jangka panjang terhadap wellbeing di tempat kerja, bukan hanya sebagai strategi manajemen, tetapi sebagai bagian integral dari budaya perusahaan. Dengan fokus pada kesejahteraan karyawan, perusahaan tidak hanya dapat mencapai tujuan bisnisnya dengan lebih efektif, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup karyawan dan masyarakat secara keseluruhan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wellbeing Di Tempat Kerja

Berbagai faktor di lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat wellbeing karyawan, yang pada gilirannya berdampak pada produktivitas, kepuasan kerja, dan retensi karyawan (McCrindle, 2020; Gelencsér et al., 2023; Santoso, 2024). Faktor-faktor seperti lingkungan fisik (desain ruang kerja, kualitas udara dan pencahayaan), lingkungan psikologis (budaya perusahaan, hubungan antar karyawan), beban kerja (keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi, manajemen waktu), dan dukungan manajemen (kebijakan dan program perusahaan, pelatihan dan pengembangan karyawan) memainkan peran penting dalam menentukan tingkat wellbeing di tempat kerja (Cooper & Leiter, 2017). Dengan memahami dan mengelola berbagai faktor ini, maka akan tercipta lingkungan perusahaan yang mendukung kesejahteraan karyawan dan memaksimalkan potensi karyawan. Subbab ini  akan membahas secara rinci faktor-faktor utama yang mempengaruhi wellbeing di tempat kerja, memberikan wawasan tentang bagaimana perusahaan dapat mengoptimalkan setiap aspek untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.

  • Desain Ruang Kerja

Desain ruang kerja merupakan salah satu faktor krusial yang mempengaruhi wellbeing di tempat kerja. Penataan ruang yang baik tidak hanya mempengaruhi produktivitas, tetapi juga kesejahteraan karyawan secara keseluruhan. Ruang kerja yang ergonomis, misalnya, dapat membantu mengurangi cedera dan kelelahan fisik akibat postur tubuh yang salah. Penggunaan furnitur yang dapat disesuaikan, seperti meja dan kursi yang ergonomis, serta monitor komputer yang ditempatkan pada ketinggian yang tepat, dapat mengurangi tekanan pada punggung, leher, dan mata karyawan.  Selain itu, penataan ruang yang memungkinkan karyawan untuk bergerak dan berinteraksi dengan mudah juga penting. Ruang kerja yang terlalu padat dapat menyebabkan rasa sesak dan stres. Sebaliknya, ruang yang lapang dengan akses mudah ke berbagai fasilitas dapat meningkatkan kenyamanan dan efisiensi kerja. Elemen desain seperti warna dinding, tanaman hijau, dan dekorasi yang menyenangkan juga dapat menciptakan suasana yang lebih positif dan mengurangi stres.

  • Kualitas Udara dan Pencahayaan

Kualitas udara dan pencahayaan di tempat kerja sangat mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan karyawan. Udara yang bersih dan segar penting untuk kesehatan pernapasan dan dapat mengurangi risiko penyakit yang disebabkan oleh polusi udara dalam ruangan. Penggunaan sistem ventilasi yang baik, serta penyaring udara, dapat membantu menjaga kualitas udara di dalam ruangan kerja. Selain itu, tanaman indoor juga bisa berperan dalam meningkatkan kualitas udara dengan menyerap polutan dan menghasilkan oksigen.

Pencahayaan yang baik juga sangat penting untuk wellbeing di tempat kerja. Pencahayaan alami sangat dianjurkan karena membantu mengatur ritme sirkadian tubuh, yang mempengaruhi siklus tidur dan kewaspadaan. Penelitian menunjukkan bahwa paparan cahaya alami dapat meningkatkan suasana hati dan energi karyawan. Namun, jika pencahayaan alami tidak mencukupi, pencahayaan buatan yang memadai harus disediakan. Lampu yang terlalu terang atau terlalu redup akan berdampak pada kelelahan mata dan sakit kepala.  Oleh karena itu, pencahayaan yang bisa diatur intensitasnya adalah pilihan yang baik.

  • Budaya Perusahaan

Budaya perusahaan mencakup nilai-nilai, norma, dan praktik yang dianut oleh organisasi. Budaya yang positif dapat meningkatkan wellbeing karyawan dengan menciptakan lingkungan yang suportif dan inklusif. Perusahaan dengan budaya yang mendorong kolaborasi, penghargaan terhadap kontribusi individu, dan keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi biasanya memiliki karyawan yang lebih puas dan termotivasi. Sebaliknya, budaya perusahaan yang kompetitif, hierarkis, atau tidak mendukung dapat menyebabkan stres, ketidakpuasan, dan turnover yang tinggi. Karyawan yang merasa tidak dihargai atau tidak didukung oleh manajemen cenderung mengalami burnout dan masalah kesehatan mental.  Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk menciptakan budaya yang mendukung wellbeing karyawan dengan mengimplementasikan praktik-praktik seperti penghargaan dan pengakuan, keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan, dan kebijakan yang fleksibel.

  • Hubungan Antar Karyawan

Hubungan antar karyawan juga merupakan faktor penting dalam wellbeing di tempat kerja. Hubungan yang baik dan harmonis dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan dukungan sosial, yang penting untuk kesehatan mental dan emosional. Rekan kerja yang saling mendukung dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kepuasan kerja. Oleh karena itu, perusahaan perlu mendorong interaksi sosial yang positif melalui kegiatan team building, komunikasi terbuka, dan kebijakan anti-bullying. Sebaliknya, konflik antar karyawan, kurangnya komunikasi, atau perilaku negatif seperti bullying dan diskriminasi dapat merusak wellbeingkaryawan. Perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk mencegah dan menangani masalah ini dengan serius melalui kebijakan dan prosedur yang jelas.

  • Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi

Keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi adalah faktor kunci dalam wellbeing karyawan.  Beban kerja yang berlebihan dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan burnout, yang berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Karyawan yang tidak memiliki waktu untuk beristirahat, bersosialisasi, atau mengejar hobinya cenderung mengalami penurunan produktivitas dan kepuasan kerja. Perusahaan dapat membantu karyawan mencapai keseimbangan ini dengan menerapkan kebijakan fleksibilitas kerja, seperti jam kerja fleksibel dan opsi bekerja dari rumah. Dengan demikian, karyawan memiliki kontrol lebih besar atas waktunya dan dapat menyesuaikan jadwal kerja dengan kebutuhan pribadi dan keluarganya.

  • Manajemen Waktu

Manajemen waktu yang efektif juga penting untuk wellbeing karyawan. Karyawan yang dapat mengatur waktunya dengan baik cenderung lebih produktif dan kurangi stres. Pelatihan manajemen waktu dan alat bantu seperti software manajemen proyek dapat membantu karyawan dalam merencanakan dan mengatur tugas-tugasnya secara efisien. Selain itu, perusahaan perlu memastikan bahwa beban kerja yang diberikan kepada karyawan adalah realistis dan dapat dicapai dalam waktu yang ditentukan.

  • Kebijakan dan Program Perusahaan

Dukungan dari manajemen sangat penting untuk wellbeing karyawan.  Kebijakan dan program perusahaan yang dirancang untuk mendukung kesejahteraan karyawan dapat mencakup berbagai aspek, seperti program kesehatan, fleksibilitas kerja, dan pelatihan. Program kesehatan dapat mencakup asuransi kesehatan, pemeriksaan kesehatan rutin, dan akses ke fasilitas olahraga. Kebijakan fleksibilitas kerja, seperti cuti yang cukup dan jam kerja fleksibel, dapat membantu karyawan menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadinya.  Selain itu, program pelatihan dan pengembangan karyawan dapat meningkatkan keterampilan dan kepuasan kerja. Karyawan yang merasa bahwa dirinya memiliki peluang untuk belajar dan berkembang cenderung lebih termotivasi dan puas dengan pekerjaannya.

  • Pelatihan dan Pengembangan Karyawan

Pelatihan dan pengembangan karyawan adalah aspek penting dalam dukungan manajemen yang berkontribusi terhadap wellbeing di tempat kerja. Pelatihan yang berkelanjutan membantu karyawan meningkatkan keterampilannya, yang tidak hanya bermanfaat bagi kinerja pekerjaan tetapi juga meningkatkan rasa pencapaian dan kepuasan kerja. Program pengembangan karyawan yang baik juga mencakup peluang untuk pengembangan karier, mentoring, dan bimbingan, yang dapat membantu karyawan merasa lebih terhubung dan dihargai dalam organisasi.

Strategi Untuk Meningkatkan Wellbeing Di Tempat Kerja

Wellbeing di tempat kerja telah menjadi prioritas utama bagi banyak perusahaan, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap produktivitas, kepuasan kerja, dan retensi karyawan (McCrindle, 2020; Gelencsér et al., 2023; Santoso, 2024).  Dalam lingkungan kerja yang kompetitif, perusahaan perlu mengambil langkah proaktif untuk memastikan kesejahteraan karyawannya. Wellbeing yang baik tidak hanya membantu mengurangi tingkat absensi dan turnover, tetapi juga mendorong kreativitas, inovasi, dan keterlibatan karyawan (Zaky, 2022; Wibawa et al., 2023). Untuk mencapai hal ini, perusahaan perlu menerapkan strategi yang efektif dan berkelanjutan yang mencakup berbagai aspek wellbeing. Mulai dari menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, mempromosikan kesehatan fisik dan mental, hingga memberikan fleksibilitas kerja, setiap strategi harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi karyawan (Rath & Harter, 2010; Hesketh & Cooper, 2023). Pendekatan yang komprehensif dan holistik adalah kunci untuk mencapai kesejahteraan yang optimal di tempat kerja.

Sub bab ini akan mengeksplorasi berbagai strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk meningkatkan wellbeing karyawan. Setiap strategi akan dibahas secara rinci, termasuk bagaimana perusahaan dapat mengimplementasikannya dan manfaat yang dapat diperoleh. Dengan penerapan strategi-strategi ini, diharapkan perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak hanya mendukung produktivitas tetapi juga kesejahteraan dan kebahagiaan karyawan secara keseluruhan.

  •  Menciptakan Lingkungan Kerja yang Mendukung

Lingkungan kerja yang mendukung adalah fondasi untuk kesejahteraan karyawan. Desain ergonomis menjadi komponen utama dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan sehat. Ergonomi yang baik, seperti kursi yang dapat disesuaikan, meja dengan tinggi yang fleksibel, dan posisi monitor yang tepat, dapat mencegah cedera fisik dan mengurangi kelelahan. Ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan tetapi juga produktivitas karyawan. Selain desain ergonomis, menyediakan area istirahat dan relaksasi yang nyaman juga penting. Ruang ini memungkinkan karyawan untuk beristirahat sejenak dari pekerjaan, mengurangi stres, dan mengisi ulang energi mereka. Fasilitas seperti ruang duduk yang nyaman, akses ke minuman dan makanan ringan, serta ruang terbuka hijau jika memungkinkan, dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap kesehatan mental dan fisik karyawan. Ruang-ruang ini seharusnya dirancang untuk menciptakan suasana yang tenang dan menyegarkan, memberikan kesempatan bagi karyawan untuk beristirahat dengan baik.

  • Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan

Program kesehatan fisik yang komprehensif sangat penting untuk meningkatkan wellbeing karyawan. Program ini dapat mencakup pemeriksaan kesehatan rutin, akses ke fasilitas kebugaran, dan asuransi kesehatan yang memadai. Selain itu, perusahaan dapat mengadakan kampanye kesehatan seperti tantangan kebugaran, program penurunan berat badan, dan seminar tentang nutrisi dan gaya hidup sehat. Program-program ini membantu karyawan menjaga kesehatan fisiknya, yang pada gilirannya meningkatkan energi dan produktivitasnya di tempat kerja.  Program kesehatan mental juga sangat penting. Akses ke konseling, pelatihan manajemen stres, dan dukungan untuk karyawan yang mengalami masalah kesehatan mental harus menjadi prioritas. Sesi mindfulness dan meditasi dapat membantu karyawan mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional mereka. Program kesehatan mental yang baik dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan mengurangi risiko burnout.

  • Meningkatkan Komunikasi dan Dukungan Sosial

Komunikasi yang baik dan dukungan sosial yang kuat di tempat kerja sangat penting untuk wellbeing karyawan. Membentuk tim kerja yang kolaboratif memungkinkan karyawan untuk berbagi ide, mendukung satu sama lain, dan bekerja sama menuju tujuan yang sama. Kegiatan team building dan pelatihan komunikasi dapat memperkuat hubungan antar karyawan dan membangun budaya kerja yang kolaboratif. Kolaborasi yang efektif meningkatkan kepuasan kerja dan produktivitas. Selain itu, kebijakan keterbukaan dan umpan balik yang efektif penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang transparan dan suportif. Karyawan perlu merasa bahwa dirinya dapat berbicara secara terbuka tentang ide-ide, masalah, dan kekhawatirannya tanpa takut akan reperkusi negatif. Manajemen yang responsif terhadap umpan balik dan masukan karyawan dapat menciptakan suasana saling percaya dan kerjasama yang baik di tempat kerja. Ini meningkatkan keterlibatan karyawan dan membuatnya merasa dihargai.

  • Fleksibilitas Kerja

Fleksibilitas kerja adalah aspek penting dalam wellbeing di tempat kerja. Jam kerja fleksibel memungkinkan karyawan untuk menyesuaikan waktu kerjanya dengan kebutuhan pribadi dan keluarganya, yang membantu mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Kebijakan kerja dari rumah atau remote working juga memberikan fleksibilitas tambahan dan dapat mengurangi stres yang terkait dengan perjalanan harian ke kantor. Ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan karyawan tetapi juga dapat meningkatkan produktivitasnya.

  • Pengelolaan Stres

Pelatihan manajemen stres dapat memberikan karyawan keterampilan dan strategi untuk mengatasi tekanan dan tuntutan pekerjaan. Teknik relaksasi, manajemen waktu, dan cara-cara untuk meningkatkan ketahanan mental adalah bagian penting dari pelatihan ini. Karyawan yang dapat mengelola stres dengan baik cenderung lebih produktif dan puas dengan pekerjaannya. Sesi mindfulness dan meditasi juga terbukti efektif dalam mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.  Perusahaan bisa mengadakan sesi reguler atau menyediakan akses ke aplikasi dan sumber daya mindfulness untuk mendukung kesehatan mental karyawan. Ini membantu karyawan menjadi lebih sadar akan pikiran dan perasaannya, serta belajar untuk mengelola stres dengan lebih baik.

Dengan menerapkan berbagai strategi tersebut, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang mendukung wellbeing karyawan, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan budaya kerja yang positif dan inklusif. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi karyawan secara individu, namun juga berkontribusi pada kesuksesan dan keberlanjutan perusahaan dalam jangka panjang.

Kesimpulan

Wellbeing di tempat kerja adalah aspek penting yang berpengaruh besar terhadap produktivitas, kepuasan kerja, dan retensi karyawan. Faktor-faktor seperti lingkungan fisik dan psikologis, beban kerja, dan dukungan manajemen memainkan peran krusial dalam menentukan tingkat wellbeing karyawan. Strategi untuk meningkatkan wellbeing termasuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung, mempromosikan kesehatan fisik dan mental, meningkatkan komunikasi dan dukungan sosial, menyediakan fleksibilitas kerja, dan mengelola stres dengan efektif.

Komitmen jangka panjang terhadap wellbeing di tempat kerja adalah investasi yang berharga bagi perusahaan. Ini tidak hanya membantu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karyawan akan tetapi juga berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan kesuksesan perusahaan. Penting bagi perusahaan untuk terus mengembangkan dan memperbarui program wellbeing karyawan agar tetap relevan dan efektif dalam menghadapi perubahan kebutuhan dan dinamika kerja.

Perusahaan harus mengambil langkah proaktif dalam mengimplementasikan dan mendukung program wellbeing yang komprehensif. Ini termasuk menyediakan sumber daya yang cukup, melibatkan manajemen, dan mendengarkan kebutuhan karyawan. Karyawan juga harus berpartisipasi aktif dalam program wellbeing dan mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatannya sendiri.  Dengan bekerja sama, perusahaan dan karyawan dapat menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif, yang pada akhirnya akan menguntungkan semua pihak yang terlibat. Wellbeing di tempat kerja bukan hanya tentang menghindari penyakit atau masalah kesehatan, tetapi tentang menciptakan kondisi yang memungkinkan karyawan untuk mencapai potensi penuhnya dan merasa bahagia dan puas dengan pekerjaannya.

Referensi:

Cooper, C.L. & Leiter, M.P. (2017). The Routledge Companion to Wellbeing at Work.  United Kingdom: Taylor & Francis.

Disastra, R. J. Y., & Choandi, M. (2024). Peran arsitektur wellbeing dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan dan mengatasi sick building syndrome di lingkungan kerja. Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)6(1), 285-294.

Gelencsér, M., Szabó-Szentgróti, G., Kőmüves, Z. S., & Hollósy-Vadász, G. (2023). The Holistic Model of Labour Retention: The impact of workplace wellbeing factors on employee retention. Administrative Sciences, 13(5), 121.

Harter, J. K., Schmidt, F. L., & Keyes, C. L. M. (2003). Well-being in the workplace and its relationship to business outcomes: A review of the Gallup studies. In C. L. M. Keyes & J. Haidt (Eds.), Flourishing: Positive psychology and the life well-lived (pp. 205–224). American Psychological Association. https://doi.org/10.1037/10594-009

Hesketh, I. & Cooper, C. (2023). Wellbeing at Work: How to Design, Implement and Evaluate an Effective Strategy. United Kingdom: Kogan Page.

McCrindle, M. (2020). WORK WELLBEING: Leading Thriving Teams in Rapidly Changing Times. United Kingdom: Rockpool Publishing.

Rath, T. & Harter, J.K. (2010). Wellbeing: The Five Essential Elements. United Kingdom: Gallup Press.

Santoso, J. B. (2024). Employee well-being programs: Assessing the impact on engagement, productivity, and retention. Management Studies and Business Journal (PRODUCTIVITY)1(3), 472-484.

Wibawa, A. M., Purwanto, P., & Rahayu, S. (2024). Pengaruh iklim organisasi dan job insecurity terhadap kinerja dengan psychological well-being sebagai variabel mediasi. Co-Value Jurnal Ekonomi Koperasi dan kewirausahaan15(01).

Wardani, L. M. I., & Noviyani, T. (2021). Well-Being Pekerja Psychological Capital dan Psychological Climate. Pekalongan: Penerbit NEM.

Wulandari, S. S., & Wardani, L. M. I. (2021). Employee Well-Being Hubungannya dengan Psychological Capital dan Work Engagemen. Pekalongan: Penerbit NEM.

Zaky, M. (2022). Dampak keseimbangan kehidupan kerja dan kehidupan pribadi terhadap kepuasan dan kinerja karyawan. Branding: Jurnal Manajemen dan Bisnis1(1).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *