Administrasi Bisnis

OPTIMALISASI STRIPPING DALAM GUNA MEMPERCEPAT ARUS KELUAR BARANG DIDEPO PETIKEMAS

Oleh: Teguh Sanyoto, S.E., M.M.

Pendahuluan

Dalam industri logistik dan pengiriman antar pulau lokal di indonesia, efektivitas dan efisiensi proses bongkar muat merupakan elemen kunci dalam menjaga kelancaran arus barang. Salah satu aktivitas penting dalam proses tersebut adalah stripping kontainer di depo petikemas. Stripping merujuk pada proses pembongkaran barang dari dalam kontainer untuk didistribusikan lebih lanjut ke konsumen atau gudang penyimpanan.

Permasalahan umum yang sering dihadapi depo petikemas adalah keterlambatan dalam proses keluar-masuk barang akibat sistem stripping yang belum optimal. Oleh karena itu, optimalisasi proses stripping menjadi solusi strategis guna mempercepat arus keluar barang dan mengurangi kemacetan logistik di lingkungan depo tersebut.

Konsep Dasar

  • Stripping dalam Rantai Logistik

Stripping adalah bagian dari last mile logistics yang berfungsi mengalihkan muatan dari kontainer ke alat angkut lokal atau tempat penyimpanan. Efisiensi proses ini menentukan kecepatan perputaran kontainer dan kapasitas penampungan depo.

  • Manajemen Operasional

Optimalisasi stripping dapat dianalisis melalui pendekatan manajemen operasional, khususnya dalam hal:

  1. Lean Logistics : Menghilangkan pemborosan (waste) seperti waktu tunggu, pergerakan tidak efisien, dan kelebihan proses.
  2. Just In Time: Mendorong agar proses stripping dilakukan tepat waktu sesuai jadwal kedatangan kontainer dan kebutuhan distribusi.
  3. Theory of Constraints (TOC): Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan utama dalam proses stripping untuk meningkatkan throughput.

Permasalahan dalam Proses Stripping

Beberapa permasalahan umum yang sering terjadi di lapangan antara lain:

  • Penjadwalan stripping yang tidak sinkron dengan kedatangan kendaraan pengangkut.
  • Keterbatasan alat berat seperti reach stacker atau forklift.
  • Kurangnya sistem informasi terintegrasi untuk memantau progres stripping.
  • Kapasitas ruang penampungan barang yang terbatas.
  • Penumpukan kontainer akibat proses stripping lambat.

Strategi Optimalisasi Proses Stripping

Penggunaan sistem manajemen depo berbasis teknologi (seperti Depot Operating System/DOS) dapat mempercepat proses koordinasi antara bagian perencanaan, lapangan, dan transportasi, dan membuat penjadwalan secara dinamis (dynamic scheduling) yang mempertimbangkan kedatangan truk, jenis muatan, dan urgensi pengiriman dapat meningkatkan efisiensi. Tentusaja dengan menambah jumlah peralatan bongkar seperti forklift dan tenaga kerja terlatih pada jam-jam sibuk dapat mengurangi waktu tunggu, selain itu menata ulang layout depo agar jalur pergerakan barang lebih pendek dan minim konflik antar aktivitas dapat mempercepat proses stripping dalam proses sistem Prioritas, menerapkan sistem prioritas berdasarkan urgensi barang (misal: barang cepat rusak, ekspor mendesak) dapat membantu mengatur antrian stripping. Sebagai contoh, sebuah depo petikemas yang berada di kota surabaya jalan tanjung batu no.22 tanjung perak surabaya PT. Berdikari Mitra Utama melakukan proses stripping dengan pendekatan Lean Logistics. Mereka mengimplementasikan:

  • Sistem booking online untuk truk pengangkut.
  • Pengaturan jam kedatangan kontainer berdasarkan kategori barang.
  • Penambahan forklift shift malam.

Hasilnya, waktu rata-rata stripping berkurang dari 6 jam menjadi 3 jam, dan arus keluar barang meningkat sebesar 35% dalam waktu 2 bulan.

Dampak Optimalisasi Stripping

Manfaat dari optimalisasi ini mencakup:

  • Peningkatan throughput depo.
  • Pengurangan biaya demurrage/detention.
  • Pengurangan kepadatan dan penumpukan kontainer.
  • Peningkatan kepuasan pelanggan.
  • Efisiensi penggunaan lahan dan tenaga kerja.

Rekomendasi

Optimalisasi proses stripping merupakan langkah strategis dalam meningkatkan efisiensi operasional depo petikemas. Dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen operasional modern seperti lean logistics, digitalisasi, dan sistem informasi terintegrasi, depo dapat mempercepat arus keluar barang serta meningkatkan produktivitas secara keseluruhan. Rekomendasi:

  1. Depo harus berinvestasi dalam sistem informasi depo yang handal.
  2. Lakukan analisis waktu kerja stripping secara rutin.
  3. Latih operator dan staf dalam teknik manajemen waktu dan koordinasi.
  4. Lakukan evaluasi layout dan kapasitas alat secara berkala.

Dengan menerapkan sistem tersebut akan ada penambahan SDM yang harus memiliki kemampuan khusus dalam sistem komunikasi dalam konteks monitoring dan pengaturan dalam kegiatan bongkar dan muat baik striping dalam depo atau striping di luar depo.

Sumber Referensi:

Kosasih, E., &Soewedo, H. (2007). Manajemen Perusahaan pelayaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar. (2016). Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: Politeknik Ilmu Pelayaran. Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor PER-5/BC/2002 Tahun (2003) Tentang Tata Laksana Kepabeanan Bidang Impor dan Keputusan Menteri Keuangan tentang Kepabeanan Bidang impor.

Purnamawati. (2013). Hukum Ekspor Impor. Jakarta: Penebar Swadaya Grup.

Subandi. (2013). Manajemen Petikemas, Jakarta: PT.Arcan.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. , Bandung: CV Alfabeta.

Susilo, Andi. (2011). Manajemen Logistik dan Ekspor Impor, Jakarta: PT. Trans Media.

Suyono. (2007). SHIPPING Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut. Jakarta: Percetakan Argya Putra.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *