Oleh: I Kadek Bagus Feristha Udayana,S.Kom.,MM

Pendahuluan
Dalam rentang satu dekade terakhir, lanskap pemasaran internasional mengalami perubahan yang sangat signifikan. Digitalisasi, media sosial, dan interaksi daring telah menciptakan ekosistem baru di mana Digital Engagement—hubungan aktif antara merek dan konsumen melalui platform digital—menjadi salah satu kunci utama. Bersamaan dengan itu muncul fenomena Buzz Marketing melalui “buzzer” atau influencer sosial media yang mampu mempengaruhi opini dan perilaku konsumen secara cepat dan luas. Artikel ini akan membahas bagaimana buzzer, digital engagement, dan perilaku konsumen global saling berinteraksi—dan bagaimana strategi pemasaran internasional harus beradaptasi agar tetap relevan dan efektif.

1. Perilaku Konsumen di Era Digital: Apa yang Berubah?
Perilaku konsumen global kini tidak lagi linier—mulai dari pengenalan produk, pertimbangan, pembelian, hingga evaluasi—melainkan terjalin dengan sentuhan digital, sosial, dan emosional. Beberapa poin penting:
- Konsumen lebih aktif mencari informasi melalui media sosial, bukan hanya iklan tradisional. Mereka membaca review, mengikuti influencer, dan berbagi pengalaman.
- Keputusan pembelian sering dipengaruhi oleh social proof (jumlah like/komentar), rekomendasi teman atau influencer, dan interaksi online.
- Konsumen global kini menuntut relevansi budaya, autentisitas merek, dan komunikasi dua arah—bukan hanya pesan satu arah dari merek.
- Dengan penetrasi internet & media sosial yang semakin besar, terutama di negara berkembang, perilaku konsumen menjadi semakin heterogen dan dinamis.
Dengan kata lain: konsumen modern adalah aktor aktif dalam ekosistem pemasaran—bukan objek pasif.
1. Perilaku Konsumen di Era Digital: Apa yang Berubah?
Perilaku konsumen global kini tidak lagi linier—mulai dari pengenalan produk, pertimbangan, pembelian, hingga evaluasi—melainkan terjalin dengan sentuhan digital, sosial, dan emosional. Beberapa poin penting:
- Konsumen lebih aktif mencari informasi melalui media sosial, bukan hanya iklan tradisional. Mereka membaca review, mengikuti influencer, dan berbagi pengalaman.
- Keputusan pembelian sering dipengaruhi oleh social proof (jumlah like/komentar), rekomendasi teman atau influencer, dan interaksi online.
- Konsumen global kini menuntut relevansi budaya, autentisitas merek, dan komunikasi dua arah—bukan hanya pesan satu arah dari merek.
- Dengan penetrasi internet & media sosial yang semakin besar, terutama di negara berkembang, perilaku konsumen menjadi semakin heterogen dan dinamis.
Dengan kata lain: konsumen modern adalah aktor aktif dalam ekosistem pemasaran—bukan objek pasif.
2. Digital Engagement: Jembatan Antara Merek & Konsumen
Digital engagement mencakup interaksi kognitif (pengetahuan), emosional (perasaan), hingga perilaku (aksi) antara konsumen dan merek. Studi akademik menunjukkan bahwa keterlibatan ini secara signifikan mempengaruhi loyalitas dan keputusan pembelian.
Komponen Utama Digital Engagement
- Involvement: Konsumen merasa tertarik dan aktif dalam konten merek.
- Trust/Commitment: Konsumen merasa yakin dan terikat dengan merek.
- Participation/Creation: Konsumen ikut berbagi, membuat konten, atau menjadi advokat merek.
Peran Engagement dalam Pemasaran Internasional
- Engagement memungkinkan merek untuk membangun komunitas global yang saling terhubung.
- Melalui platform digital, merek dapat melakukan personalisasi skala besar dan real-time.
- Terutama dalam pemasaran internasional, engagement membantu menjembatani perbedaan budaya—misalnya konten lokal yang relevan namun tetap berbasis global.
Intinya: tanpa engagement yang kuat, kampanye pemasaran internasional berisiko hanya menjadi “suara di keramaian” tanpa resonansi yang nyata.
3. Fenomena Buzzer & Influencer: Siapa yang Berpengaruh?
Di tengah arus informasi yang begitu cepat, muncul figur-figur yang punya pengaruh besar: buzzer, micro-influencer, selebgram, YouTuber, TikToker, dan lain-lain. Mereka memiliki peran penting dalam memicu buzz atau kegaduhan positif di media sosial—yang kemudian berdampak pada perilaku konsumen.
Mengapa buzzer begitu efektif?
- Mereka memiliki kredibilitas sosial di komunitasnya—pengikut merasa “terhubung” dengan mereka.
- Rekomendasi dari buzzer sering dianggap lebih “otentik” dibanding iklan tradisional.
- Buzzer mampu memicu interaksi aktif: komentar, tag teman, share—yang kemudian memperluas jangkauan merek secara viral.
Contoh: Sebuah kampanye di suatu negara dapat berhasil karena buzzer lokal yang punya hubungan kuat dengan audience lokal—meski merek itu berskala global.
Tantangan dan catatan penting
- Kredibilitas buzzer bisa mudah rusak—misalnya jika terbukti endorsement hanya demi uang tanpa integritas.
- Pengaruh lokal berbeda: buzzer global belum tentu berhasil di seluruh negara karena budaya dan sistem sosial berbeda.
- Regulasi semakin ketat terkait transparansi endorsement dan praktik pemasaran di banyak negara.
Kesimpulan: Buzzer adalah alat strategis dalam pemasaran internasional, namun bukan pan-acea. Mereka harus dibarengi dengan strategi engagement dan nilai merek yang kuat.

4. Integrasi: Perilaku Konsumen + Engagement + Buzzer = Strategi Pemasaran Internasional
Menggabungkan ketiga elemen ini—perilaku konsumen digital, digital engagement, dan buzzer–menjadi formula strategis yang semakin penting untuk pasar global. Berikut kerangka strategis yang bisa diterapkan:
a) Mengenal Konsumen seperti Penduduk Lokal
- Lakukan riset digital untuk memahami perilaku konsumen di tiap negara (platform yang digunakan, bahasa, budaya, nilai sosial).
- Segmentasi ulang dengan pendekatan micro-segmentasi digital: bukan hanya negara, tapi komunitas social media, aktivitas online, dan minat khusus.
b) Membangun Engagement ‘Glokal’
- Buat konten yang relevan secara budaya, tapi tetap memperkuat identitas merek global.
- Aktifkan interaksi dua arah: konten yang mendorong komentar, share, tag-teman, UGC (user generated content).
- Libatkan buzzer lokal untuk memulai interaksi—tapi setelah itu, engagement harus diteruskan oleh merek sendiri.
c) Memanfaatkan Buzz untuk Amplifikasi
- Pilih buzzer/influencer yang sesuai dengan nilai merek dan target pasar lokal.
- Rancang kampanye yang memicu shareability tetapi tetap jujur: cerita nyata, testimoni, konten eksploratif, bukan sekadar endorsement pasif.
- Ukur dampak bukan hanya dari like/komentar, tapi dari aksi nyata konsumen: kunjungan situs, pembelian, partisipasi komunitas.
d) Pantau Data & Adaptasi Cepat
- Gunakan analitik media sosial untuk memonitor engagement, sentimen, dan perilaku.
- Responsif terhadap feedback: munculnya tren baru, perubahan algoritma media sosial, perubahan budaya konsumen.
- Global + lokal bukan satu-kali: ini proses berkelanjutan.
5. Contoh Kasus Internasional yang Relevan
- Brand Fesyen Global di Asia Tenggara – Dengan melibatkan buzzer lokal dan konten storytelling tentang keterampilan pengrajin lokal, brand tersebut meningkatkan engagement dan penjualan di negara tersebut.
- Platform E-commerce Internasional – Menggunakan influencer mikro di setiap negara untuk mempromosikan fitur lokal (metode pembayaran, logistik, bahasa) sekaligus menjaga identitas global platform.
- Produk Teknologi Konsumen – Kampanye global yang dimulai dengan teaser influencer, lalu dilanjutkan dengan komunitas pengguna (digital engagement) yang memproduksi konten sendiri (UGC) memicu viralitas dan adopsi cepat.
6. Tantangan dan Solusi dalam Implementasi
Tantangan:
- Perbedaan budaya: konten yang berhasil di satu kawasan bisa gagal di kawasan lain.
- Oversaturasi buzzer: makin banyak endorsement bisa membuat konsumen skeptis.
- Regulasi lokal: perlindungan data, autentisitas endorsement, isu etika.
- Metodologi pengukuran: engagement tinggi tidak selalu berarti penjualan tinggi.
Solusi:
- Riset budaya dan bahasa dengan tim lokal atau mitra lokal.
- Pilih buzzer/influencer yang memiliki kredibilitas dan relevansi—bukan hanya jumlah followers.
- Fokus pada storytelling yang autentik dan memberikan nilai—bukan hanya promosi produk.
- Gunakan metrik yang tepat: selain like/share, lihat conversion, retention, advocacy.
- Adaptasi strategi secara terus-menerus berdasarkan data nyata.
Penutup
Di era pemasaran internasional yang didorong oleh digital, tiga elemen—perilaku konsumen digital, digital engagement, dan buzz dari buzzer/influencer—saling berkaitan dan menjadi pilar strategis. Bagi para dosen, praktisi, dan mahasiswa Manajemen Pemasaran Internasional, penting untuk memahami bahwa pemasaran global bukan hanya tentang menjangkau banyak negara, tetapi tentang menjangkau banyak hati, melalui koneksi digital, pengaruh sosial, dan konten yang berarti.
Merek yang akan unggul bukan hanya yang besar, tapi yang terdepan dalam membangun engagement, cermat dalam memahami konsumen digital, dan bijaksana dalam memanfaatkan buzzer sebagai bagian dari ekosistem pemasaran yang lebih besar. Mari kita bersiap menjadi agen perubahan di dunia pemasaran internasional yang semakin kompleks, tapi juga penuh kesempatan.
Sumber Referensi:
- Belch, G. E., & Belch, M. A. (2021). Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communications Perspective (12th ed.). McGraw-Hill Education.
- Chaffey, D., & Ellis-Chadwick, F. (2022). Digital Marketing: Strategy, Implementation and Practice (8th ed.). Pearson Education.
- Kaplan, A. M., & Haenlein, M. (2019). Rulers of the world, unite! The challenges and opportunities of social media. Business Horizons, 62(1), 59–68.
https://doi.org/10.1016/j.bushor.2018.08.010 - Kotler, P., Keller, K. L., Ang, S. H., Leong, S. M., & Tan, C. T. (2023). Marketing Management: An Asian Perspective (8th ed.). Pearson.
- Kaur, G. (2020). Social Media Marketing: A Literature Review and Future Research Directions. International Journal of Business and Management, 15(2), 1–16.
https://doi.org/10.5539/ijbm.v15n2p1 - Solomon, M. R. (2023). Consumer Behavior: Buying, Having, and Being (14th ed.). Pearson Education.
