Administrasi Bisnis

HASHTAG KABUR AJA DULU, GENERASI MUDA INDONESIA MEMILIH  ‘KABUR’ KE LUAR NEGERI UNTUK BEKERJA

Oleh: Eko Tjiptojuwono, SE, MM, MMPar.

Sumber: pixabay.com

Fenomena “Kabur Aja Dulu” menjadi sorotan hangat di kalangan generasi muda Indonesia. Hashtag ini mencerminkan frustrasi yang mendalam terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan politik di tanah air. Banyak anak muda merasa terjebak dalam ketidakpastian masa depan, yang mendorong mereka untuk mencari peluang di luar negeri. Berikut adalah uraian mendalam mengenai fenomena ini.

Generasi muda saat ini menghadapi tantangan besar dalam mencari pekerjaan yang layak. Kebijakan pemerintah dinilai tidak cukup efektif dalam menciptakan lapangan kerja yang memadai. Hal ini menyebabkan akumulasi kemarahan di kalangan anak muda, terutama setelah dampak pandemi COVID-19 yang memperburuk situasi ekonomi.

Salah satu faktor utama yang mendorong mereka untuk “kabur” adalah tingginya tingkat pengangguran. Data menunjukkan bahwa banyak lulusan perguruan tinggi masih menganggur, dengan angka mencapai lebih dari 842 ribu lulusan S1, S2, dan S3. Ketidakpastian ini membuat banyak dari mereka merasa bahwa bekerja di luar negeri adalah pilihan yang lebih baik. Selain itu, kesempatan kerja di luar negeri semakin terbuka lebar. Negara-negara seperti Singapura dan Australia menawarkan gaji yang lebih tinggi dan kondisi kerja yang lebih baik, menjadikannya tujuan menarik bagi pekerja terampil asal Indonesia. Dengan pengalaman internasional, mereka dapat meningkatkan daya saing di pasar kerja global.

Pendidikan juga menjadi faktor pendorong. Banyak anak muda memilih untuk melanjutkan studi di luar negeri guna mendapatkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Sistem pendidikan di luar negeri sering kali lebih fleksibel dan berorientasi pada praktik, membantu mahasiswa beradaptasi dengan dunia kerja yang dinamis.

Fenomena ini bukanlah hal baru; namun kini semakin terlihat jelas akibat kombinasi antara tingginya angka pengangguran dan akses informasi yang lebih terbuka mengenai peluang kerja di luar negeri. Generasi muda merasa bahwa mereka tidak mendapatkan apresiasi yang layak atas usaha dan keterampilan mereka di dalam negeri.

Kondisi sosial politik yang tidak menentu juga memperburuk keadaan. Kebijakan pemotongan anggaran oleh pemerintah baru-baru ini menambah kekhawatiran akan masa depan pendidikan dan pelatihan vokasi. Banyak anak muda merasa bahwa pemerintah tidak berpihak kepada mereka, sehingga memilih untuk mencari kehidupan yang lebih stabil di negara lain.

Tagar #KaburAjaDulu telah menjadi simbol dari keresahan ini. Meskipun beberapa pejabat meragukan nasionalisme mereka yang bekerja di luar negeri, banyak pekerja migran menegaskan bahwa keputusan mereka bukan karena kurangnya cinta tanah air, melainkan karena mencari peluang hidup yang lebih baik.

Dampak dari fenomena ini cukup signifikan. Jika generasi muda terus memilih untuk pergi, Indonesia akan mengalami *brain drain* yang serius. Tenaga kerja berbakat akan berkontribusi pada ekonomi negara lain alih-alih membangun bangsa sendiri. Hal ini dapat menyebabkan penurunan investasi asing dan semakin terbatasnya lapangan pekerjaan dalam negeri.

Dalam konteks ini, penting bagi pemerintah untuk mendengarkan suara generasi muda dan mengambil langkah nyata untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan mereka. Tanpa perubahan signifikan, Indonesia berisiko kehilangan potensi terbaiknya dan menghadapi tantangan ekonomi yang lebih besar di masa depan.

Kualitas hidup adalah pertimbangan utama bagi banyak anak muda ketika memutuskan untuk “kabur”. Mereka mencari keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang sering kali sulit dicapai di Indonesia. Dengan bekerja di luar negeri, mereka berharap dapat mencapai tujuan finansial dan pribadi dengan lebih baik.

Sistem meritokrasi yang lemah di Indonesia juga menjadi alasan mengapa banyak anak muda merasa tidak dihargai. Mereka sering kali melihat bahwa keberhasilan tidak selalu ditentukan oleh usaha atau bakat, melainkan oleh koneksi atau faktor lainnya. Hal ini menciptakan rasa putus asa dan dorongan untuk mencari peluang di tempat lain.

Ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi juga terlihat dari rendahnya gaji dibandingkan dengan biaya hidup. Banyak pekerja merasa bahwa upah yang diterima tidak sebanding dengan usaha yang dikeluarkan. Ini semakin memperkuat keinginan untuk mencari pekerjaan dengan imbalan yang lebih baik di luar negeri.

Dengan meningkatnya jumlah mahasiswa Indonesia yang memilih universitas luar negeri, tren ini menunjukkan bahwa generasi muda sangat menghargai pendidikan sebagai alat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Mereka menyadari bahwa pengalaman internasional dapat membuka banyak pintu kesempatan dalam karir mereka.

Meskipun ada tantangan dan risiko bekerja di luar negeri, banyak anak muda merasa bahwa keuntungan jangka panjang jauh lebih besar daripada ketidakpastian di dalam negeri. Mereka berusaha menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi diri mereka sendiri dan keluarga.

Sumber: Pixabay.com

Penting untuk dicatat bahwa fenomena “Kabur Aja Dulu” bukan hanya sekadar pelarian dari masalah; ini adalah panggilan bagi pemerintah untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi agar generasi muda merasa memiliki harapan untuk tetap tinggal dan berkembang di tanah air.

Secara keseluruhan, hashtag ini mencerminkan suara generasi muda Indonesia yang menginginkan perubahan nyata. Mereka ingin melihat kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja, pendidikan berkualitas, serta sistem ekonomi yang adil dan transparan. Jika pemerintah dapat merespons tuntutan ini dengan serius, mungkin akan ada harapan bagi generasi penerus untuk tetap berkontribusi pada pembangunan bangsa tanpa harus meninggalkan tanah air mereka.

Fenomena Baru yang Menarik Perhatian 

Kabur aja dulu bukan sekadar candaan di media sosial, melainkan cerminan realita yang sedang dihadapi generasi muda Indonesia. Banyak dari mereka memilih untuk pergi ke luar negeri demi mencari peluang kerja yang lebih menjanjikan. 

Mimpi yang Tak Terwujud di Negeri Sendiri

Bagi sebagian besar pemuda Indonesia, mimpi untuk sukses dan hidup sejahtera seringkali terhambat oleh keterbatasan lapangan kerja, upah yang rendah, dan persaingan yang ketat di dalam negeri. 

Sumber: Pixabay.com

Eksodus Talenta Muda

Generasi muda Indonesia, yang notabene adalah aset berharga bagi kemajuan bangsa, justru memilih untuk “kabur” ke luar negeri. Ini menjadi pertanyaan besar: apa yang salah dengan sistem di tanah air? 

Luar Negeri sebagai Surga Baru

Negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan bahkan Timur Tengah menjadi tujuan utama. Mereka menawarkan gaji yang lebih tinggi, fasilitas yang memadai, dan kesempatan untuk berkembang. 

Media Sosial sebagai Pemicu

Tren #KaburAjaDulu viral di media sosial, menginspirasi banyak anak muda untuk mencoba peruntungan di luar negeri. Mereka melihat kesuksesan teman-teman sebayanya dan tergoda untuk mengikuti jejak tersebut. 

Impian Hidup Layak

Bekerja di luar negeri bukan hanya tentang uang, tetapi juga tentang mewujudkan impian hidup yang lebih layak, membeli rumah, atau menyekolahkan adik-adik mereka. 

Tantangan yang Harus Dihadapi

Meski terdengar menggiurkan, bekerja di luar negeri bukanlah jalan tanpa rintangan. Mereka harus berhadapan dengan budaya baru, bahasa asing, dan rasa rindu yang mendalam pada keluarga. 

Dukungan Keluarga

Banyak keluarga yang justru mendukung keputusan anak-anak mereka untuk pergi ke luar negeri. Mereka melihat ini sebagai investasi jangka panjang untuk masa depan yang lebih baik. 

Pemerintah dalam Sorotan

Fenomena ini seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan ketenagakerjaan dan menciptakan lapangan kerja yang lebih kompetitif di dalam negeri. 

Brain Drain yang Mengkhawatirkan

Ketika generasi muda terbaik Indonesia memilih untuk pergi, negeri ini kehilangan potensi besar untuk membangun masa depannya sendiri. 

Kisah Sukses yang Menginspirasi

Banyak cerita sukses bermunculan dari mereka yang memilih untuk bekerja di luar negeri. Kisah-kisah ini menjadi motivasi bagi yang lain untuk mengikuti langkah serupa. 

Efek Domino pada Perekonomian

Uang yang dikirimkan oleh pekerja migran Indonesia (remitansi) memang berkontribusi pada perekonomian negara, tetapi di sisi lain, ini juga menunjukkan ketergantungan yang besar pada sektor luar negeri. 

Membangun Jaringan Internasional

Bekerja di luar negeri juga membuka peluang untuk membangun jaringan internasional, yang suatu hari nanti bisa dibawa pulang untuk membangun Indonesia. 

Sumber: Freepik

Kembali atau Menetap?

Pertanyaan besar bagi mereka yang bekerja di luar negeri adalah apakah akan kembali ke Indonesia atau menetap di negara tempat mereka bekerja. Ini menjadi dilema yang tidak mudah dipecahkan. 

Peran Pendidikan dan Keterampilan

Pendidikan dan keterampilan menjadi kunci utama bagi generasi muda yang ingin sukses bekerja di luar negeri. Tanpa bekal yang memadai, impian mereka hanya akan menjadi angan-angan. 

Mengubah Mindset 

#KaburAjaDulu seharusnya tidak hanya dilihat sebagai pelarian, tetapi sebagai langkah strategis untuk mengumpulkan pengalaman dan modal sebelum kembali membangun Indonesia. 

Membangun Indonesia dari Luar Negeri

Banyak pekerja migran yang tetap berkontribusi pada pembangunan Indonesia, baik melalui transfer ilmu, investasi, atau proyek-proyek sosial. 

Tantangan bagi Generasi Mendatang

Jika fenomena ini terus berlanjut, generasi mendatang akan menghadapi tantangan besar dalam membangun negeri ini dengan sumber daya manusia yang terbatas. 

Harapan untuk Perubahan

Generasi muda Indonesia berharap suatu hari nanti mereka bisa kembali ke tanah air dengan kondisi yang lebih baik, di mana lapangan kerja dan upah yang layak sudah tersedia. 

#KaburAjaDulu: Bukan Akhir, tapi Awal

Hashtag ini bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari sebuah perjalanan panjang. Generasi muda Indonesia tetap mencintai negerinya, tetapi mereka juga harus berpikir realistis untuk masa depan mereka sendiri. 

Sumber: Pixabay.com

Fenomena #KaburAjaDulu adalah cerminan dari kompleksitas masalah yang dihadapi generasi muda Indonesia. Di satu sisi, mereka ingin berkontribusi bagi negeri, tetapi di sisi lain, mereka juga harus memikirkan masa depan mereka sendiri. Semoga suatu hari nanti, Indonesia bisa menjadi tempat di mana mimpi mereka bisa terwujud tanpa harus pergi jauh.

Sumber Referensi:

Ad’ha, d., 2025. Demi Work-Life Balance, Gen Z Ramai-Ramai ke Luar Negeri!. Satu Persen.

Dacosta, K. J., 2025. Brain Drain dan Kabur Aja Dulu, Apakah Solusi Bagi Para Generasi Muda Indonesia?. Universitas Dian Nusantara.

Erawati, D. A., L. W. Karyadi, dan K. Syuhada, 2023. Dampak Bekerja di Luar Negeri Terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Desa Lepak, Kabupaten Lombok Timur. Universitas Mataram.

Firdaus, A., 2025. Pemuda Indonesia, Frustrasi Dengan Kesulitan Ekonomi, Mencari Masa Depan Yang Lebih Cerah di Luar Negeri. Benar News Indonesia.

Herawati, N., 2025. Viral Tagar #KaburAjaDulu, WNI di Luar Negeri Bilang Bukan Tak Nasionalis, Hanya Cari Peluang. Jawa Pos.

Marciano, H., 2025. Kabur Aja Dulu, bentuk frustasi generasi muda terhadap kondisi bangsa. ITB

Marihot, F., 2025. Realitas Mengapa Anak Muda Indonesia Memilih #KaburAjaDulu. Investasiku.

Muslihatinningsih, F., Zainuri, dan E. Santoso, 2022. Brain Drain Indonesia dan Dampaknya Bagi Indonesia.  Jurnal Akuntansi dan Ekonomi. Vol. 7 No. 1, Tahun   2022, halaman 42-52.

Nathania, K. D., 2025. Fenomena Brain Drain, Pakar UGM Desak Link and Match dan Rekrutmen Kerja Jalur ‘Ordal’ Dihentikan. Universitas Gadjah Mada.

Syaukani, A. F., 2025. The Government Means Nothing Without Us: Menakar Dampak Brain Drain akibat #kaburajadulu. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *