Oleh: Halida Bagraff, SE, Ak, CA, MSA, ME

1. Pendahuluan
Kehidupan manusia dan ekonomi modern sangat bergantung pada layanan ekosistem—misalnya penyediaan air bersih, penyerbukan tanaman, penyimpanan karbon, dan stabilitas iklim. Namun, alam mengalami tekanan besar dengan penurunan populasi spesies liar sekitar 70% sejak 1970‑an. Dalam konteks tersebut, muncul konsep nature‑positive economy, yaitu ekonomi yang tidak hanya mengurangi kerusakan alam, tetapi juga aktif memulihkan dan meningkatkan kondisi alam bersamaan dengan aktivitas ekonomi. Bagi bisnis, transisi ke arah ini bukan hanya persoalan etika, melainkan juga peluang strategis.
2. Dasar Konseptual dan Kerangka Teoritis
Perusahaan sangat bergantung pada alam sebagai input dan penyedia layanan ekosistem. Ketika modal alam menurun, operasi bisnis dan rantai pasok bisa terganggu. Laporan World Economic Forum menyebutkan bahwa 15 transisi dalam sistem pangan, infrastruktur, dan energi bisa menghasilkan hingga US$10,1 triliun nilai bisnis tahunan dan menciptakan 395 juta pekerjaan pada 2030. Model bisnis berkelanjutan membantu perusahaan menciptakan nilai ekonomi, sosial, dan lingkungan secara bersamaan.
3. Manfaat Transisi ke Ekonomi Berpihak pada Alam
3.1 Peningkatan Efisiensi Operasional dan Inovasi
Dengan mengadopsi praktik yang menjaga atau memulihkan alam—misalnya efisiensi air, pengurangan limbah, penggunaan bahan berkelanjutan—perusahaan dapat menekan biaya dan membuka ruang inovasi produk.
3.2 Akses ke Pendanaan Hijau dan Insentif
Investor dan lembaga keuangan semakin memasukkan risiko alam dalam pertimbangan investasi. Perusahaan dengan strategi nature‑positive lebih mudah memperoleh pendanaan hijau atau insentif kebijakan.
3.3 Pengurangan Risiko Bisnis dan Kepatuhan Regulasi
Kerusakan alam dapat menimbulkan risiko operasional, reputasi, dan regulasi. Dengan mengantisipasi, bisnis bisa mengurangi risiko tersebut.
3.4 Ketahanan Rantai Pasok dan Keunggulan Kompetitif
Menjaga ekosistem tempat rantai pasok beroperasi memperkuat ketahanan terhadap bencana dan perubahan iklim, serta menjadi keunggulan kompetitif.
3.5 Peluang Pasar Baru dan Nilai Tambah
Transisi ke ekonomi yang berpihak alam membuka peluang seperti jasa pemulihan alam, produk bersertifikasi alam, dan solusi teknologi hijau.
4. Strategi Utama dalam Transisi Nature-Positive
4.1. Integrasi Nilai Alam ke dalam Strategi Korporasi
Perusahaan perlu mengukur dan menghitung modal alam (natural capital) sebagai bagian dari aset strategis. Hal ini dapat dilakukan melalui Natural Capital Accounting untuk menilai dampak lingkungan dan ketergantungan bisnis terhadap sumber daya alam.
4.2. Inovasi Produk dan Model Bisnis Berkelanjutan
Inovasi diarahkan pada penciptaan produk ramah lingkungan, efisien energi, dan berbasis bahan terbarukan. Model bisnis baru seperti ekonomi sirkular, ekowisata, atau pertanian regeneratif menjadi contoh penerapan nyata.
4.3. Investasi dalam Solusi Berbasis Alam (Nature-Based Solutions)
Perusahaan dapat mengalokasikan investasi pada proyek yang meningkatkan fungsi ekosistem — seperti restorasi hutan, pengelolaan air berkelanjutan, dan konservasi lahan. Selain memberi manfaat lingkungan, strategi ini juga meningkatkan resiliensi rantai pasok dan reputasi merek.
4.4. Kemitraan dan Kolaborasi Lintas Sektor
Keberhasilan transisi membutuhkan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, lembaga keuangan, dan masyarakat sipil. Kolaborasi ini dapat mempercepat adopsi kebijakan hijau, pembiayaan inovatif, serta peningkatan kapasitas teknologi ramah lingkungan.
4.5. Penguatan Sistem Pelaporan dan Transparansi
Perusahaan perlu mengadopsi standar pelaporan seperti Taskforce on Nature-related Financial Disclosures (TNFD) untuk mengidentifikasi risiko dan peluang terkait alam. Pelaporan yang transparan membantu menarik investor hijau dan meningkatkan akuntabilitas.
5. Tantangan dan Syarat Implementasi
Meskipun manfaatnya besar, ada beberapa tantangan dan syarat penting yang harus diperhatikan, seperti pengukuran dan pelaporan dampak, risiko greenwashing, kerjasama lintas sektor, dukungan kebijakan, dan perubahan model bisnis.
6. Kesimpulan
Transisi ke ekonomi yang berpihak pada alam bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi juga strategi bisnis jangka panjang yang menghasilkan efisiensi, akses modal, pengurangan risiko, keunggulan kompetitif, dan peluang pertumbuhan baru. Keberhasilan implementasi menuntut pengukuran tepat, kolaborasi, serta dukungan kebijakan yang memadai.
Sumber Referensi:
- Jones, P., & Wynn, M. (2024). Nature Positive in Business. Encyclopedia, 4(2), 776‑784. https://doi.org/10.3390/encyclopedia4020049
- World Economic Forum. (2023). The Future of Nature and Business. (New Nature Economy Report II).
- Directorate‑General for Research and Innovation. (2022). The vital role of nature‑based solutions in a nature positive economy.
- Senanayake, M., et al. (2024). Toward More Nature‑Positive Outcomes: A Review of Corporate Disclosure and Decision Making on Biodiversity. Sustainability, 16(18), 8110.
- McKinsey & Company. (2025). Nature in the balance: what companies can do to restore natural capital.
- Knowledge for Policy (EU). (2022). The vital role of nature‑based solutions in a nature positive economy.
- Aldersgate Group. (2024). Businesses can unlock a nature‑positive economy with an enabling policy framework from government.
- Terrapin Bright Green. (2024). The Economics of Biophilia: Why designing with nature in mind makes financial sense.
- European Commission. (2022). The Vital Role of Nature-Based Solutions in a Nature-Positive Economy.
