Teknologi Komputer

Pemanfaatan Mesh Radio Network untuk Mendukung Komunikasi Darurat di Area Tanpa Sinyal Seluler

Oleh : Choirun Nisa, S.ST., M.Tr.Kom

Sumber: hamradio.my

PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan elemen vital dalam penanganan situasi darurat dan bencana alam. Keberhasilan evakuasi, distribusi informasi, serta koordinasi antar tim sangat bergantung pada keberlangsungan komunikasi yang cepat, stabil, dan dapat diandalkan (Fitriawati D., 2021). Namun, dalam banyak kasus, bencana sering kali terjadi di lokasi yang tidak terjangkau jaringan komunikasi seluler seperti daerah pegunungan, hutan, atau wilayah perbatasan. Selain itu, infrastruktur komunikasi yang ada bisa mengalami kerusakan akibat gempa, tanah longsor, atau kebakaran, yang menyebabkan komunikasi konvensional menjadi lumpuh (Aziz M., 2023).

Kondisi tersebut menuntut adanya teknologi alternatif yang mampu membentuk jaringan komunikasi mandiri dan fleksibel, tanpa bergantung pada infrastruktur pusat. Salah satu solusi yang mulai banyak dikembangkan adalah Mesh Radio Network. Teknologi ini memungkinkan perangkat komunikasi (node) untuk saling terhubung secara langsung dan membentuk jaringan ad-hoc. Setiap node dapat berfungsi sebagai pemancar, penerima, sekaligus repeater untuk node lainnya, sehingga menciptakan topologi jaringan yang dinamis dan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi di lapangan (Rahmana & Juhana, 2008).

Mesh radio terbukti efektif dalam mendukung sistem komunikasi darurat di berbagai skenario, termasuk operasi SAR (Search and Rescue) di wilayah tanpa sinyal. Selain mudah dibentuk dan dikembangkan, jaringan mesh juga memiliki kemampuan self-healing, yaitu kemampuan untuk tetap berfungsi meskipun sebagian node mengalami gangguan. Kemampuan ini sangat relevan untuk diterapkan di negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki medan geografis kompleks dan rentan bencana. Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi pemanfaatan Mesh Radio Network sebagai solusi strategis dalam mendukung komunikasi darurat di daerah terpencil, terutama wilayah pegunungan.

PENELITIAN TERKAIT

Beberapa studi menunjukkan bahwa pemanfaatan Mesh Radio Network dalam kondisi darurat telah diimplementasikan dengan berbagai pendekatan desain sistem, tergantung pada karakteristik wilayah dan kebutuhan operasional. Salah satu desain yang menarik dikembangkan oleh Abide et al. (2025) dalam konteks kota pintar, yakni Optimization of wireless mesh networks for disaster response communication. Sistem ini mengandalkan node-node portabel yang dibawa oleh petugas lapangan dan masyarakat umum, di mana smartphone warga juga berfungsi sebagai node pasif yang ikut memperluas jaringan. Topologi yang digunakan bersifat hybrid menggabungkan node statis dan mobile dengan satu gateway utama yang terhubung ke pusat komando melalui koneksi satelit. Protokol routing yang digunakan adalah BATMAN (Better Approach to Mobile Ad-hoc Networking), yang efektif dalam membentuk jalur komunikasi dinamis antar node. Sistem ini sangat cocok diterapkan di kawasan urban yang padat penduduk namun rawan bencana.

Desain lain yang lebih sesuai untuk kondisi geografis ekstrem seperti pegunungan dikembangkan oleh Muladi et al. (2016) dengan menggunakan teknologi LoRa. Dalam desain LoRa mesh-based IoT GPS tracking system for mountain climbers., jaringan dibentuk dari node-node yang dipasang di pos pendakian, lereng gunung, dan jalur pencarian, serta node portabel yang dibawa oleh tim SAR. Teknologi LoRa dipilih karena memiliki jangkauan komunikasi hingga beberapa kilometer dengan konsumsi daya yang sangat rendah. Sistem ini mendukung pengiriman pesan teks, koordinat GPS, dan sinyal SOS secara real-time, bahkan di wilayah yang sulit dijangkau sinyal seluler. Node dilengkapi dengan panel surya kecil sehingga dapat beroperasi secara mandiri selama lebih dari 72 jam.

Sumber: Hackaday.com

Sementara itu, Baldini et al. (2015) memperkenalkan pendekatan taktis melalui integrasi sistem TETRA (Terrestrial Trunked Radio) dalam desain TETRA-Based Tactical Mesh for First Responders. Sistem ini menggunakan perangkat radio digital profesional dengan fitur DMO (Direct Mode Operation), yang memungkinkan komunikasi langsung antar perangkat tanpa perlu infrastruktur pusat. Desain ini sangat relevan untuk keperluan pemadam kebakaran, kepolisian, dan tim medis yang bekerja dalam kondisi darurat ekstrem. Selain keamanan komunikasi yang tinggi, sistem ini juga mendukung integrasi dengan jaringan VHF/UHF dan pusat komando darurat secara otomatis.

Ketiga desain tersebut menunjukkan fleksibilitas dan ketangguhan teknologi mesh radio dalam berbagai skenario darurat, baik di kota, pegunungan, maupun area bencana terpencil. Dengan menyesuaikan teknologi, topologi, dan protokol komunikasi yang digunakan, Mesh Radio Network terbukti menjadi solusi komunikasi yang efektif ketika infrastruktur konvensional tidak dapat diandalkan.

3. PEMBAHASAN

Mesh radio communication merupakan teknologi jaringan nirkabel berbasis ad-hoc yang dirancang untuk membentuk jaringan komunikasi yang mandiri dan dinamis. Dalam konteks keadaan darurat, teknologi ini memiliki keunggulan yang sangat relevan, terutama karena tidak bergantung pada infrastruktur komunikasi konvensional seperti Base Transceiver Station (BTS), jaringan seluler, atau kabel optik yang umumnya rawan rusak saat terjadi bencana

Salah satu karakteristik utama dari mesh network adalah kemampuannya membentuk jalur komunikasi secara otomatis antar node. Ini memungkinkan fleksibilitas tinggi dalam lingkungan yang tidak terprediksi, seperti area bencana di pegunungan atau wilayah yang terisolasi. Bahkan jika satu atau beberapa node gagal, jaringan tetap berfungsi karena kemampuan self-healing-nya yaitu kemampuan untuk menemukan jalur komunikasi alternatif (Wang et al, 2021).

Sumber: Researchgate.net

Dari sisi teknis, mesh radio dapat menggunakan berbagai teknologi seperti LoRa, Zigbee, atau radio VHF/UHF. LoRa, misalnya, menawarkan keunggulan berupa jangkauan yang luas dengan konsumsi daya rendah, yang sangat sesuai untuk operasi penyelamatan jangka panjang di lokasi terpencil (Muladi et al., 2016). Penggunaan frekuensi tidak berlisensi juga mempermudah deployment cepat tanpa tergantung izin khusus.

Dalam keadaan darurat, sistem ini memungkinkan tim SAR (Search and Rescue) untuk tetap terhubung satu sama lain dan dengan pusat komando, bahkan ketika tidak ada sinyal seluler. Hal ini terbukti krusial dalam operasi penyelamatan di daerah pegunungan atau saat infrastruktur komunikasi lumpuh akibat gempa atau banjir besar. Selain itu, mesh radio dapat mendukung pengiriman pesan teks, koordinat GPS, dan sinyal darurat (SOS) secara real-time, yang mempercepat respons tim di lapangan (Fitriawati D., 2025).

Namun, terdapat tantangan seperti keterbatasan bandwidth dan kecepatan transfer data, sehingga mesh radio lebih cocok untuk komunikasi teks ringan dibandingkan transmisi data berat seperti video. Di samping itu, pelatihan teknis dan kesadaran penggunaan di kalangan petugas SAR dan komunitas lokal masih perlu ditingkatkan agar teknologi ini dapat dimanfaatkan secara optimal.

Dengan segala keunggulannya, mesh radio communication memiliki potensi besar sebagai tulang punggung komunikasi darurat di wilayah tanpa infrastruktur modern, khususnya di Indonesia yang secara geografis memiliki banyak daerah terpencil dan rawan bencana.

4. KESIMPULAN

Komunikasi yang handal dan cepat merupakan aspek krusial dalam situasi darurat, terutama di daerah terpencil seperti kawasan pegunungan yang tidak terjangkau sinyal seluler. Pemanfaatan teknologi Mesh Radio Network menjadi solusi efektif untuk menjawab tantangan tersebut. Dengan karakteristik jaringan yang fleksibel, dapat membentuk topologi dinamis, serta tidak bergantung pada infrastruktur sentral, mesh network mampu menjaga komunikasi tetap berjalan meskipun dalam kondisi infrastruktur rusak atau tidak tersedia. Berbagai desain sistem seperti jaringan LoRa untuk medan ekstrem, mesh berbasis komunitas di lingkungan urban, hingga integrasi dengan sistem taktis seperti TETRA menunjukkan bahwa teknologi ini dapat diadaptasi untuk berbagai kebutuhan dan situasi darurat. Implementasi mesh radio juga terbukti hemat daya, mudah diperluas, dan mampu mendukung pengiriman data kritis seperti lokasi GPS dan sinyal darurat. Oleh karena itu, pengembangan dan penerapan Mesh Radio Network perlu mendapat perhatian lebih dalam strategi mitigasi dan penanggulangan bencana, khususnya sebagai alternatif komunikasi di wilayah tanpa akses jaringan seluler.

5. Sumber Referensi:

  1. Fitriawati, D. (2025). Nilai informasi dalam komunikasi bencana untuk pencegahan dan penanggulangan. KOMUNIKA BANGSA: Jurnal Ilmu Komunikasi, 2(2), 21. https://doi.org/[ISI_JIKA_ADA_DOI] Dewan, P., Sharma, R., & Gupta, N. (2019)
  2. Aziz, M. H. (2023). Komunikasi kebencanaan: Peran dan manfaat pada mitigasi. Communications, 5(1), 301–316.
  3. Rachmana, N., & Juhana, T. (2008). Pembangunan wireless mesh node pada Soekris net4801. Seminar Nasional Informatika (semnasIF 2008), 372–378. UPN “Veteran” Yogyakarta.
  4. Abidde, W. N., Eyidia, N., & Iyoloma, C. (2025). Optimization of wireless mesh networks for disaster response communication. International Journal of Current Science Research and Review, 8(3), 1312–1319.
  5. Baldini, G., Sturman, T., Dalode, A., Kropp, A., & Sacchi, C. (2014). An emergency communication system based on software-defined radio. EURASIP Journal on Wireless Communications and Networking, 2014, Article 169.
  6. Muladi, M., Wijaya, H., Prasetyo, S. D., & Hamzah, S. A. (2024). LoRa mesh-based IoT GPS tracking system for mountain climbers. International Journal of Safety and Security Engineering, 14(6), 1751–1761.Wang, Y., Feng, G.,
  7. Wang, J., Wei, F., Sun, Y., & Qin, S. (2021). Self-healing of radio access network slices. In Proceedings of the IEEE International Conference on Communications (ICC 2021). IEEE.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *