Author: Halida Bagraff, SE, MSA, Ak.
Dosen: Akuntansi
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Industri perbankan di Indonesia mencatat sejarah baru dengan hadirnya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) yang secara resmi lahir pada 1 Februari 2021 atau 19 Jumadil Akhir 1442 H. Presiden Joko Widodo secara langsung meresmikan bank syariah terbesar di Indonesia tersebut di Istana Negara. BSI merupakan bank hasil merger antara PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi mengeluarkan izin merger tiga usaha bank syariah tersebut pada 27 Januari 2021 melalui surat Nomor SR-3/PB.1/2021. Selanjutnya, pada 1 Februari 2021, Presiden Joko Widodo meresmikan kehadiran BSI. Komposisi pemegang saham BSI adalah: PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 50,83%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 24,85%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 17,25%. Sisanya adalah pemegang saham yang masing-masing di bawah 5%. BSI merupakan ikhtiar atas lahirnya bank syariah kebanggaan umat yang diharapkan menjadi energi baru untuk pembangunan ekonomi nasional serta berkontribusi dalam kesejahteraan masyarakat luas. Selain itu, BSI juga menjadi cermin perbankan syariah di Indonesia yang modern, universal, dan memberikan kebaikan bagi segenap alam (Rahmatan Lil ‘Aalamiin).
Pada akhir tahun 2022, PT BSI berhasil membukukan laba sebesar Rp. 4,26 Triliun atau tumbuh 40,68% secara year-on-year (yoy). Kinerja perbankan yang positif ini berhasil melesat menjadi bank terbesar ke-6 di Indonesia dengan melewati CIMB Niaga sejak dilakukan merger di tahun 2019. Menteri BUMN, Erick Thohir menilai pertumbuhan BSI merupakan buah kerja keras dari transformasi perusahaan yang berdampak besar pada aspek efisiensi. Ia menjelaskan merger yang dilakukan pada dua tahun lalu membuahkan hasil yang positif.
Ia menyebutkan total aset BSI tumbuh 15 persen menjadi Rp 306 triliun di kuartal IV-2022. Adapun dana pihak ketiga (DPK) yang naik 12 persen (yoy) menjadi Rp 261,49 triliun. Sementara pembiayaan BSI tumbuh 21 persen (yoy) menjadi Rp 208 triliun. Ia juga mengatakan dari sisi kualitas aset, rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) Gross bergerak menurun dari 2,93 persen menjadi 2,42 persen pada Desember 2022. Seiring penurunan itu, NPF Net pun ikut menyusut 0,87 persen menjadi 0,57 persen. Kemudian, pencadangan yang digambarkan NPF Coverage naik dari 148,87 persen menjadi 183,12 persen. Melalui akses perbankan yang kuat, BSI diharapkan mampu seperti BRI yang mendampingi dan meningkatkan skala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Erick menaruh harapan besar kepada BSI untuk menjadi wadah dan ekosistem bagi industri halal nasional. Ia melihat penguatan akses pembiayaan dapat berdampak luas pada kemajuan industri halal nasional. memasuki usia dua tahun, BSI telah menjadi market leader dalam industri keuangan syariah di IMdonesia, baik dari sisi jaringan, customer based, capital untuk dapat melayani umat dan nasabah.
Tidak hanya PT BSI saja yang meraup laba bersih yang signfikan. Bank Syariah lain juga menerima laba bersih yang cukup signifikan. PT BCA Syariah mencapai laba bersih hingga Rp73,9 miliar di semester 1 tahun 2023. Laba ini meningkat sebesar 62,9 persen dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp45,4 miliar. Selain itu, dari segi jumlah nasabah, BCA Syariah juga mengalami pertumbuhan hingga 44 persen. Kemudian, secara konsisten, BCA Syariah juga menunjukkan pertumbuhan pada aset, pembiayaan, hingga DPK. Pada semester 1 2023 ini, aset BCA Syariah mencapai Rp13,4 triliun tumbuh 21,9 persen.
Presiden Direktur BCA Syariah, Yuli Melati Suryaningrum menjelaskan bahwa semua pertumbuhan ini diharapkan akan tetap menunjukkan hasil yang positif sampai akhir tahun nanti. Jajaran direktur BCA Syariah juga mengungkapkan bahwa industri perbankan syariah nasional mengalami pertumbuhan di atas perbankan nasional.
Sementara itu, perbankan syariah masih memiliki keluasan untuk melakukan pembiayaan. Segmentasi pembiayaan BCA Syariah terdapat di komersial sebesar 73 persen. Pertumbuhan tertinggi ditunjukkan oleh pembiayaan konsumer 98,5 persen. Untuk UMKM, pada tahun 2023 ini, pembiayaan yang dialokasikan sebesar Rp1,51 miliar. BCA Syariah memiliki program pemberdayaan bernama WePreneur untuk UMKM perempuan. Dalam kesempatan yang sama, BCA Syariah juga melaporkan hasil peluncuran pembukaan rekening online BCA Syariah Mobile. Sejak diluncurkan pada 5 Juni 2023, dalam waktu dua bulan, terhitung per 3 Agustus 2023, BCA Syariah mendapatkan 11.700 customer baru.
DAFTAR PUSTAKA
https://kumparan.com/kumparanbisnis/bsi-jadi-bank-terbesar-ke-6-di-indonesia-raup-laba-rp-4-26-triliun-selama-2022-1zsBUVSYX6q/fullhttps://chanelmuslim.com/info/tumbuh-hingga-629-persen-bca-syariah-capai-laba-bersih-rp739-miliar-di-semester-1-tahun-2023