Oleh: Agustina Dianova, S.Ak.,M.Ak

Di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini, emas kembali jadi primadona investasi yang banyak diburu. Kenapa? Karena saat ekonomi dunia lagi nggak stabil, banyak orang merasa emas itu seperti pelindung nilai yang aman dan nggak gampang terpengaruh gejolak pasar.
Fenomena ini sering disebut “flight-to-quality” — saat investor ninggalin aset yang risikonya tinggi dan beralih ke sesuatu yang lebih aman, dalam hal ini emas. Sejak awal 2025, harga emas naik drastis, bahkan sampai lebih dari 20% dan sempat menembus rekor tertinggi di angka lebih dari $3.500 per ons. Kenaikan ini tidak lepas dari berbagai faktor, mulai dari ketegangan geopolitik, kebijakan ekonomi yang nggak menentu, sampai kekhawatiran soal inflasi. Nggak cuma investor besar dan bank sentral aja yang berlomba-lomba beli emas. Di Amerika Serikat, permintaan emas batangan melonjak tajam sampai impor dari London jadi dua kali lipat untuk memenuhi kebutuhan itu. Bahkan retailer besar seperti Costco sampai kewalahan karena emas batangan mereka cepat habis. Situasi serupa juga terjadi di negara-negara seperti India dan China, yang memang punya budaya kuat dalam menganggap emas sebagai simbol keamanan finansial.
Tapi, kenaikan harga emas ini juga bikin pasar mengalami koreksi. Pada pertengahan Mei 2025, harga emas sempat turun hampir 10% karena ketegangan geopolitik mulai mereda dan dolar AS menguat. Meskipun begitu, banyak analis optimis harga emas masih akan terus naik dalam jangka panjang, dengan perkiraan mencapai $3.700 pada 2026 dan bisa sampai $5.000 pada 2028.

Psikologi dan budaya
Selain faktor ekonomi, ada juga sisi psikologis dan budaya yang bikin orang panik beli emas. Ketika ekonomi tidak pasti dan informasi membanjiri media, orang cenderung merasa takut dan ingin punya sesuatu yang nyata sebagai pegangan. Nah, emas jadi solusi praktis karena dianggap stabil dan aman. Contohnya, saat pandemi COVID-19, negara-negara dengan budaya Konfusianisme seperti China malah makin getol beli emas sebagai bentuk investasi aman.
Risiko beli emas
Tapi ingat, beli emas juga punya risiko. Kalau semua orang buru-buru beli, harga bisa melonjak nggak wajar, dan setelah situasi membaik, harganya bisa turun tajam. Ini berpotensi bikin investor yang terlambat masuk jadi rugi. Belum lagi, biaya penyimpanan dan likuiditas emas yang terkadang lebih ribet dibanding aset lain seperti saham atau obligasi.
Bagaimana Saran para ahli?
Jangan ikut-ikutan panik beli emas secara besar-besaran. Lebih baik beli secara bertahap dan tetap jaga diversifikasi investasi. Gabungkan emas dengan aset lain agar risiko bisa tersebar dan investasi tetap aman.
Jadi, kalau kamu lagi mikir-mikir buat beli emas karena takut ekonomi dunia lagi nggak pasti, lakukan dengan bijak. Emas memang pilihan bagus, tapi jangan sampai ikut tren tanpa strategi yang matang.
Daftar Pustaka:
- The Guardian. (2025). Gold fever makes a comeback as buyers and bankers recoil from uncertainty.
- Reuters. (2025). Gold players keep faith despite trade truce-induced correction. Link
- Beladi et al. Gold prices, cultural factors, and Covid-19 pandemic: An international analysis. Research in International Business and Finance.Vol 66. (2023). ISSN 0275-5319. https://doi.org/10.1016/j.ribaf.2023.102051.
- Aljanabi, A.R.A. (2023), “The impact of economic policy uncertainty, news framing and information overload on panic buying behavior in the time of COVID-19: a conceptual exploration”, International Journal of Emerging Markets, Vol. 18 No. 7, pp. 1614-1631. https://doi.org/10.1108/IJOEM-10-2020-1181