Akuntansi

Analisis Fundamental dalam Penilaian Harga Saham

Author: Ita Megasari, S.E., M.S.A

Dalam era globaisasi ini, setiap perusahaan dihadapkan pada tantangan persaingan global terutama terkait fluktuasi saham di pasar modal (Rahmawati and Pandansari, 2016). Oleh karenanya perusahaan-perusahaan harus mengembangkan strategi untuk menarik perhatian pemilik modal (investor) agar bersedia berinvestasi. Dalam melakukan investasi saham nantinya, setiap pemilik modal akan membutuhkan data berupa laporan keuangan yang akuntabel dan transparan sebagai informasi dalam pengambilan putusan pemilihan saham terbaik dan mengurangi resiko kerugian bagi pemilik modal. Hal ini juga dinyatakan dalam Kebijakan Bapepam No. Kep. 38/PM/1996 bahwa emiten diharuskan untuk menyampaikan laporan tahunan secara transparan terkait kinerja perusahaan kepada publik.

Sumber: freepik

Salah satu analisis penilaian terhadap harga saham perusahaan yang digunakan oleh investor adalah dengan menggunakan analisis fundamental yakni analisis keuangan yang digunakan oleh pemilik modal untuk mengkaji perbandingan keuangan perusahaan dengan perusahaan serupa sehingga memberikan kemudahan pada saat pengambilan keputusan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia kemudian menetapkan beberapa rasio yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan adalah CR, DER, ROA, NPM, EPS serta Debt to Asset Ratio (Asadanie, 2024). Berikut ini jenis rasio yang sering digunakan dalam penilaian harga saham:

Jenis RasioManfaatRumus
CR  (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜)Kapabilitas perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Pengukuran atas rasio ini digunakan untuk mengetahui likuiditas atas kewajiban jangka pendek bagi perusahaan.CR = Aktiva lancar / Hutang lancar
ROE (Return On Aset)Total keuntungan yang tersedia untuk investor. Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi laba perusahaan sesuai dengan target yang diinginkan, sebaliknya semkain rendah hasil ROA maka semkain menurun kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Kariyoto, 2017).  ROE = Laba bersih / Ekuitas pemegang saham
DER     (Debt Equity Rasio)Kapabilitas modal pemilik untuk menutupi kewajiban kepada pihak luar. Rasio ini sering digunakan dalam mempertimbangkan pemberian jaminan atas kredit yang akan diberikan terhadap kemampuan yang dimiliki, rendahnya nilai DER suatu perusahaan akan memberikan lampu hijau bagi para investor. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang sangat baik terhadap kreditur terkait kewajiban jangka panjang (Fahmi, 2016).DER = Total utang / Total ekuitas
EPS (Earning Per Share)Profit per saham yang dinikmati oleh pemegang saham per unit saham.EPS = Laba bersih / Jumlah saham beredar
NPM           (Net Profit Margin)Kapabilitas perusahaan untuk menarik keuntungan bersih                     dari setiap unit produk yang dijual.NPM = Laba bersih / Total pendapatan

Berikut ini akan dijelaskan mengenai jenis-jenis saham (Primasatya an Arliana, 2024):

1.         Harga Nominal

Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

2.         Harga perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwrite) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana.

3.         Harga Pasar

Harga ini terjadi sesudah saham dicatat dibursa. Transaksi tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yg dianggap menjadi harga pada pasar sekunder dan harga inilah yang benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, sebab di transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yg setiap hari diumumkan di surat liputan atau media lain artinya harga pasar.

4.         Harga Pembukaan

Harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat jam dibuka. Bisa saja terjadi pada saat dimulainya hari bursa itu sudah terjadi transaksi atas saham, dan harga sesuai dengan yang diminta oleh penjual dan pembeli. Dalam keadaan demikian, harga pembukaan bisa menjadi harga pasar, begitu juga sebaliknya harga pasar mungkin juga akan menjadi harga pembukaan. Namun tidak selalu terjadi.

5.         Harga Penutupan

Harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat akhir hari bursa. Pada keadaan demikian, bisa saja terjadi pada saat akhir hari bursa tiba-tiba terjadi transaksi atas suatu saham, karena ada kesepakatan antar penjual dan pembeli. Kalau ini yang terjadi maka harga penutupan itu telah menjadi harga pasar. Namun demikian, harga ini tetap menjadi harga penutupan pada hari bursa tersebut.

6.         Harga Tertinggi

Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi transaksi atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama.

7.         Harga Terendah

Harga yang paling rendah yang terjadi di bursa. Harga ini dapat terjadi apabila terjadi transaksi 12 atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama.

8.         Harga Rata-Rata

Merupakan perataan dari harga tinggi dan rendah. Penelitian ini harga saham yang dilihat adalah harga pada saat penutupan (Closing Price) pada akhir periode laporan keuangan tahunan pada perusahaan manufaktur tahun 2016-2020.

Untuk harga saham sendiri juga dipengaruhi dengan pergerakan yang tidak terlepas dari kekuatan permintaan dan penawaran saham tersebut. Apabila permintaan naik akan menimbulkan harga saham naik, demikian pula kebalikannya apabila penawaran lebih besar akan menimbulkan harga saham turun (Pande, 2018). Beberapa faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham adalah sebagai berikut  Fahmi (2016:87):

  1. Kondisi mikro dan makro ekonomi
  2. Keputusan perusahaan untuk memperluas usaha seperti membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu baik yang dibuka di dalam negeri maupun yang di luar negeri.
  3. Pergantian direksi secara tiba-tiba
  4. Adanya pihak komisaris atau direksi yang terlibat dalam tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan.
  5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya.
  6. Risiko sistematis, yaitu risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan terlibat.
  7. Efek psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham.

Melalui analisis fundamental terhadap penilaian harga saham ini diharapkan dapat mempermudah investor untuk dapat memilih tindakan beli atau jual terhadap saham, sehingga dapat menghindari permainan saham oleh investor yang mendominasi dan resiko kerugian dapat terhindari. Dalam era global ini informasi mengenai saham lebih mudah, salah satunya melalui website yang terintegrasi sehingga dengan mudah pula dapat diketahui secara langsung kinerja keuangan, company profile, historikal harga saham perusahaan, serta informasi terkait kondisi makro yang dapat mempengaruhi investor dalam keputusan perdagangan saham.

Sumber Referensi:

Asadanie, Nabila K. 2024. Hubungan Rasio Keuangan Dan Harga Saham. Jurnal riset & Jurnal Akuntansi Vol. 8 No. 2, April 2024. e-ISSN : 2548-9224, p-ISSN : 2548-7507. Owner Riset & Jurnal Akuntansi

Fahmi, 2016. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. Bandung: Alfabeta.

Kariyoto, K. (2017). Preparation of Standard Unit Price of Goods and Services (SHBJ) in East Java Provincial Government. International Journal of Social and Local Economic Governance, 3(1), 19-25.

Pande, W. R. dan Nyoman, A. 2018. Pengaruh EPS, PER, CR dan ROE terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Unud. 7 (4): 2106-2133

Primasatya, Rieswandha dan Agatha Arliana. 2024. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham. Jurnal riset & Jurnal Akuntansi Vol. 8 No. 2, April 2024. e-ISSN : 2548-9224, p-ISSN : 2548-7507. Owner Riset & Jurnal Akuntansi

Rahmawati, dan Pandansari (2016)‘Reaksi Pasar Modal Dari Dampak Peristiwa Bom Plaza Sarinah Terhadap Abnormal Return Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Di Bei. Riset Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1(2),pp.126–133.doi:10.23917/reaksi.v1i2.2728.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *