Administrasi Bisnis

HAPPINESS DI TEMPAT KERJA: Kunci Sukses Organisasi Berkelanjutan

Author: Dr. Siti Mahmudah, S.Sos., M.Si.

Di dalam dunia kerja, happiness (kebahagiaan) seringkali diabaikan sebagai faktor penting untuk keberhasilan organisasi.  Perusahaan seringkali hanya berfokus pada produktivitas dan keuntungan finansial, sementara kesejahteraan dan kebahagiaan karyawan ditempatkan di luar perhatian utama.  Pada akhirnya, hal ini dapat mengarah pada lingkungan kerja yang tidak sehat dan kurang berkelanjutan.  Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan tentang kebahagiaan di tempat kerja dan kesuksesan organisasi dalam jangka panjang.

A. Happiness (Kebahagiaan) di Tempat Kerja

Happiness (kebahagiaan) di tempat kerja merupakan konsep yang kompleks dan beragam, mencakup aspek-aspek psikologis, sosial, dan organisasional yang memengaruhi kesejahteraan dan kepuasan karyawan. Kebahagiaan di tempat kerja definisinya dapat bervariasi tergantung pada perspektif individu dan konteks budaya. Namun, secara umum, kebahagiaan di tempat kerja dapat diartikan sebagai perasaan positif yang dialami oleh karyawan dalam lingkungan kerja mereka (Fahlevi  dkk., 2022).  Menurut Diener dkk. (2002) seorang psikolog yang terkenal dengan kajian tentang kebahagiaan, kebahagiaan di tempat kerja melibatkan perasaan kepuasan, makna, dan keterlibatan dalam pekerjaan.

Ada beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap kebahagiaan karyawan di tempat kerja (Matheos, 2017; Fahlevi dkk., 2022), termasuk aspek individual, interpersonal, dan organisasional. Faktor-faktor tersebut meliputi:

  1. Kepemimpinan yang Mendukung: Gaya kepemimpinan yang mendukung, otoritatif, dan berorientasi pada kesejahteraan karyawan dapat meningkatkan kebahagiaan di tempat kerja.
  2. Keseimbangan antara Kehidupan Pribadi dan Kerja: Karyawan yang mampu menyeimbangkan kehidupan pribadi dan kariernya cenderung menjadi lebih bahagia dan produktif
  3. Budaya Organisasi yang Positif: Budaya kerja yang mendukung, inklusif, dan memberikan penghargaan terhadap pencapaian karyawan dapat meningkatkan kebahagiaan. Budaya organisasi yang positif mengarah pada perasaan keterlibatan dan kepuasan yang lebih tinggi di antara karyawan
  4. Keterlibatan dan Pengakuan: Karyawan yang merasa diakui, dihargai, dan terlibat dalam pengambilan keputusan cenderung lebih bahagia dan berkomitmen.
  5. Hubungan Positif dengan Orang Lain: Hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan dukungan sosial, yang berdampak positif pada kebahagiaan karyawan.
  6. Prestasi Kerja: Pencapaian dalam pekerjaan memberikan rasa pencapaian dan kepuasan diri. Karyawan yang merasa berprestasi cenderung merasa lebih bahagia dan termotivasi.
  7. Lingkungan Kerja Fisik yang Baik: Kondisi fisik tempat kerja, seperti kebersihan, kenyamanan, dan keamanan, berpengaruh besar pada kenyamanan dan kebahagiaan karyawan. Lingkungan yang kondusif membuat karyawan merasa lebih betah dan produktif.
  8. Kompensasi yang Memadai: Gaji dan tunjangan yang adil serta sesuai dengan kontribusi karyawan sangat penting. Kompensasi yang memadai membantu memenuhi kebutuhan finansial dan memberikan rasa dihargai.
  9. Kepercayaan Organisasional: Kepercayaan antara karyawan dan organisasi, termasuk kepercayaan terhadap pemimpin dan rekan kerja yang tinggi akan menciptakan rasa aman dan loyalitas, yang berdampak positif pada kebahagiaan kerja karyawan.
  10. Kepuasan Kerja: Kepuasan kerja yang tinggi secara langsung berhubungan dengan kebahagiaan karyawan.

B. Kunci Sukses Organisasi Berkelanjutan

Organisasi yang berkelanjutan bukan hanya tentang mencapai tujuan finansial dalam jangka pendek,  akan tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan karyawan dan pertumbuhan jangka panjang.  Untuk mencapai kesuksesan jangka panjang, organisasi perlu mengambil langkah konkret untuk meningkatkan kebahagiaan di tempat kerja. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil (Acquah, 2022; Bennet  dkk., 2017; Farida dkk., 2024; Unanue, 2023).:

  1. Mengalokasikan Anggaran Secara Efektif: Organisasi perlu mengalokasikan anggaran dengan bijak untuk program-program yang berdampak langsung pada kebahagiaan karyawan. Ini termasuk investasi dalam pelatihan, fasilitas kesehatan, dan program kesejahteraan. Selain itu, mencari cara-cara kreatif dan hemat biaya untuk meningkatkan kebahagiaan karyawan juga penting.
  2. Membangun Lingkungan Kerja yang Mendukung: Perusahaan perlu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan karyawan, termasuk menyediakan fasilitas yang memadai, menyediakan lingkungan kerja yang kondusif, serta memastikan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi karyawan.
  3. Membentuk Budaya Organisasi yang Positif: Budaya organisasi harus mendukung kebahagiaan karyawan. Kondisi ini dapat dicapai dengan menetapkan nilai-nilai inti yang mendukung kebahagiaan dan kesejahteraan karyawan, serta memastikan bahwa semua kebijakan dan praktik sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
  4. Memberikan Pelatihan dan Pengembangan:  Organisasi harus menyediakan program pelatihan dan pengembangan yang relevan dengan posisi dan tujuan karier karyawan. Pelatihan ini tidak hanya membantu karyawan untuk mengembangkan keterampilannya, tetapi juga meningkatkan rasa kepuasan dan penghargaan.
  5. Meningkatkan Komunikasi dan Keterlibatan Karyawan: Mengembangkan saluran komunikasi yang terbuka dan transparan antara manajemen dan karyawan dapat meningkatkan perasaan keterlibatan dan penghargaan. Feedback loop yang efektif dan regular town hall meetings adalah contoh  cara  untuk  memperbaiki komunikasi.
  6. Memberikan Pengakuan dan Penghargaan: Pengakuan dan penghargaan atas pencapaian dan kontribusi karyawan sangat penting untuk meningkatkan kebahagiaan di tempat kerja. Program penghargaan yang adil dan transparan dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan karyawan.
  7. Mendukung Keberagaman dan Inklusi: Organisasi harus mendukung keberagaman dan inklusi di tempat kerja. Ini termasuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif di mana seluruh karyawan diterima dan dihargai, serta memastikan bahwa kebijakan dan praktik organisasi mendukung keberagaman.
  8. Mengukur Kebahagiaan Karyawan: Organisasi harus secara rutin mengukur tingkat kebahagiaan karyawan untuk mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan. Survei kebahagiaan karyawan dan feedback loop dapat membantu organisasi untuk memahami kebutuhan dan harapan karyawan, serta mengambil tindakan yang tepat.

C. Kebahagiaan di Tempat Kerja dan Kesuksesan Organisasi

Kebahagiaan di tempat kerja bukan hanya soal membuat karyawan merasa baik, tetapi merupakan faktor strategis yang dapat meningkatkan kinerja dan keberlanjutan organisasi secara keseluruhan. Ketika karyawan merasa bahagia dan puas dengan pekerjaannya, karyawan lebih cenderung untuk terlibat, produktif, dan setia kepada organisasi. Kebahagiaan karyawan juga berperan dalam menciptakan lingkungan kerja yang positif, yang pada akhirnya meningkatkan kolaborasi, inovasi, dan efisiensi operasional.  Oleh karenanya, sudah seharusnyalah perusahaan untuk investasi tersebut.

Investasi dalam kebahagiaan tidak hanya menghasilkan manfaat jangka pendek, namun juga berkontribusi terhadap keberlanjutan organisasi dalam jangka panjang.  Dampak jangka panjang dari investasi tersebut, diantaranya:

  1. Produktivitas dan Efisiensi: Karyawan yang bahagia cenderung lebih produktif dan efisien dalam pekerjaannya. Studi menunjukkan bahwa kebahagiaan dapat meningkatkan produktivitas hingga 12% (Oswald dkk., 2015), yang berarti bahwa organisasi dengan karyawan yang bahagia akan mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih cepat. Selain itu, karyawan yang bahagia cenderung lebih termotivasi, kreatif, dan berkomitmen terhadap pekerjaannya (Wijaya & Panjaitan, (2023).
  2. Retensi Karyawan: Tingkat kebahagiaan yang tinggi di tempat kerja mengurangi tingkat turnover karyawan. Kebahagiaan karyawan juga berkorelasi dengan tingkat retensi karyawan yang lebih tinggi. Karyawan yang merasa puas dan bahagia di tempat kerja cenderung lebih setia dan rendah keinginannya untuk meninggalkan perusahaan (Wang & Yang, 2016; Muria, 2021; Weerarathna dkk., 2022).  Hal ini mengurangi biaya yang terkait dengan perekrutan dan pelatihan karyawan baru.
  3. Kinerja/Prestasi Kerja Karyawan: Organisasi yang berinvestasi dalam kebahagiaan karyawan cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik. Karyawan yang bahagia dan produktif berkontribusi pada efisiensi operasional, peningkatan penjualan, dan pengurangan biaya, yang semuanya berdampak positif pada keuntungan perusahaan. Hasil riset menunjukkan bahwa kebahagiaan berdampak positif dan signifikan terhadap kinerja (Wijayanto, 2017; Waani & Uhing, 2021). Semakin tinggi tingkat kebahagiaan yang dirasakan oleh karyawan, semakin meningkat pula kinerjanya. Sebaliknya, jika kebahagiaan karyawan rendah, maka kinerjanya juga menurun.  Bukti lain juga mengungkapkan bahwa kebahagiaan berdampak positif signifikan terhadap prestasi kerja pegawai (Keintjem dkk., 2022; Tuwo dkk., 2024).
  4. Inovasi dan Kreativitas: Lingkungan kerja yang mendukung kebahagiaan mendorong karyawan untuk menyumbangkan ide-ide baru dan solusi inovatif. Karyawan yang merasa didukung dan dihargai lebih cenderung berpikir kreatif dan mengambil risiko yang diperlukan untuk inovasi (Aldieri dkk., 2021; Brulé & Munier, 2021; Usai dkk., 2020).
  5. Keterikatan Karyawan: Kebahagiaan di tempat kerja dapat meningkatkan keterikatan karyawan (Tjiabrata dkk., 2021; Mamahit dkk., 2023). Hal ini berarti bila tingkat kebahagiaan di tempat kerja tinggi, maka keterikatan karyawan semakin meningkat, begitu pula sebaliknya, jika kebahagiaan di tempat kerja rendah, maka semakin rendah pula keterikatan karyawan (Chinanti, & Siswati, 2018).
  6. Reputasi Organisasi: Organisasi yang dikenal memperhatikan kebahagiaan karyawannya memiliki reputasi yang lebih baik di pasar tenaga kerja (Subyantoro & Suwarto, 2020).  Ini membuat lebih menarik bagi talenta terbaik dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di dalam organisasi (Ramdhan & Pasaribu, 2022).

D. Kesimpulan

Menciptakan kebahagiaan di tempat kerja adalah proses yang kompleks namun sangat penting untuk kesuksesan organisasi yang berkelanjutan. Dengan mengidentifikasi tantangan yang ada, mengembangkan strategi yang efektif, dan mengambil tindakan yang konkret, organisasi dapat meningkatkan kebahagiaan karyawan dan mencapai kesuksesan jangka panjang. Kebahagiaan di tempat kerja bukan hanya soal membuat karyawan merasa baik, tetapi juga merupakan kunci strategis untuk meningkatkan produktivitas, retensi, inovasi, reputasi, dan kinerja organisasi.

Daftar Pustaka:

Acquah, F. (2022). A new paradigm for mental wellness delivery. International Journal of Mental Health Nursing, 31 (Suppl. 1), 3–62. doi: 10.1111/inm.13050

Aldieri, L., Bruno, B., & Vinci, C. P. (2021). A multi-dimensional approach to happiness and innovation. Applied Economics53(11), 1300-1310. https://doi.org/10.1080/00036846.2020.1828807

Brulé, G., & Munier, F. (2021). Happiness, technology and innovation. Cham, Switzerland: Springer International Publishing.

Bennett, J. B., Weaver, J., Senft, M., & Neeper, M. (2017). Creating workplace well‐being: Time for practical wisdom. The Handbook of Stress and Health: A Guide to Research and Practice, 570-604. DOI:10.1002/9781118993811.ch35

Chinanti, D. W. P., & Siswati, S. (2018). Hubungan antara kebahagiaan di tempat kerja dengan keterikatan karyawan pada karyawan pt. dwi prima sentosa Mojokerto (Doctoral dissertation, UNDIP).

Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2012). Subjective Well-Being: The Science of Happiness and Life Satisfaction’, in Shane J. Lopez, and C. R. Snyder (eds), The Oxford Handbook of Positive Psychology, 2nd edn (2009; online edn, Oxford Academic, 18 Sept. 2012), 
https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780195187243.013.0017, accessed 23 May 2024.

Fahlevi, R., Simarmata, N., Aprilyani, R., Hedo, D. J. P. K., Patodo, M. S., Arini, D. P., Wijaya, Y., & Shobihah, I. F. (2022). Psikologi Positif.  Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi.

Farida, U., Zainal, H., & Aslinda, A. (2024). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jambi: PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Keintjem, L. E. V., Tumbel, A. L., & Djemly, W. (2022). Pengaruh Kesejahteraan dan Kebahagiaan terhadap Prestasi Kerja Pegawai Puskesmas Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi10(4), 01-12. https://doi.org/10.35794/emba.v10i4.43685

Mamahit, T., Taroreh, R. N., & Uhing, Y. (2023). Pengaruh locus of control, efikasi diri dan kebahagiaan terhadap keterikatan karyawan pada PT Hasjrat Abadi Cabang Tendean. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi11(3), 1532-1542. https://doi.org/10.35794/emba.v11i3.50713

Muria, R. (2021). Happiness at work, organizational climate, and turnover intention: Implications for human resource management of Archdiocesan schools. Asia Pacific Journal of Academic Research in Business Administration7(1), 57-66. 
DOI: 10.9734/AJEBA/2022/v22i630567

Matheos, M. O. (2017). Faktor-Faktor Determinan Kebahagiaan Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT. Bank Bukopin Tbk. Cabang Manado. Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen5(4), 611-630.

Oswald, Andrew J., Proto, Eugenio and Sgroi, Daniel (2015) Happiness and productivity. Journal of Labor Economics, 33 (4). pp. 789-822.  doi:10.1086/681096 ISSN 0734-306X.

Ramdhan, M., & Pasaribu, V. L. D. (2022). Manajemen Sumber Daya Manusia. Tangerang Selatan: Pascal Books.

Subyantoro, A., & Suwarto, F. X. (2020). Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Tjiabrata, W., Lengkong, V. P., & Sendow, G. M. (2021). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kualitas Kehidupan Kerja Dan Kebahagiaan Di Tempat Kerja Terhadap Keterikatan Karyawan Pada Pt Pln (Persero) Up3 Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi9(2). https://doi.org/10.35794/emba.v9i2.33518

Tuwo, E. T. O., Nelwan, O. S., & Tielung, M. V. (2024). Pengaruh kebahagiaan, retensi dan keterikatan pegawai terhadap prestasi kerja pada pegawai Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara. Neraca: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi2(5), 303-316. http://jurnal.kolibi.org/index.php/neraca/article/view/1497/1439

Unanue, W. (2023). A new development paradigm based on happiness and well-being: Max-Neef’s contributions for building a better world. In Beyond Ecological Economics and Development (pp. 56-69). Routledge.

Usai, A., Orlando, B., & Mazzoleni, A. (2020). Happiness as a driver of entrepreneurial initiative and innovation capital. Journal of Intellectual Capital21(6), 1229-1255.

Wang, Y.D., & Yang, C. (2015). How Appealing are Monetary Rewards in the Workplace? A Study of Ethical Leadership, Love of Money, Happiness, and Turnover Intention. Social Indicators Research, 129(3), 1277–1290. doi:10.1007/s11205-015-1160-x

Waani, T. J., & Uhing, Y. (2021). Dampak Iklim Organisasi dan Kebahagiaan terhadap Kinerja Karyawan pada Hotel Swiss Bell Maleosan Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi10(1), 362-372. https://doi.org/10.35794/emba.v10i1.37818

Weerarathna, R. S., Somawardana, W. D., & Weerasinghe, W. D. (2022). Employee happiness heals the turnover intention: a study of the machine operators of a leading apparel company in Sri Lanka. Asian Journal of Economics, Business and Accounting, 22(6): 11-19. http://rda.sliit.lk/handle/123456789/2777

Wijaya, A., & Panjaitan, C. N. (2023). Hubungan kebahagiaan dan produktivitas di era post modern. Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora8(1), 115-120. https://doi.org/10.32696/jp2sh.v8i1.1959

Wijayanto, S. A. (2017). Dampak iklim organisasi terhadap kebahagiaan dan kinerja karyawan (Studi pada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). Jurnal Bisnis, Manajemen, dan Akuntansi4(1).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *