Author: Eko Tjiptojuwono, SE, MM, MMPar
Sensory Marketing
Teori sensory marketing menyoroti pentingnya melibatkan indra konsumen dalam proses pemasaran. Teori ini berpendapat bahwa konsumen mendasarkan keputusannya pada pengalaman indrawi seperti penglihatan, suara, penciuman, rasa, dan sentuhan. Dengan mengintegrasikan elemen sensorik ke dalam strategi pemasaran, bisnis dapat menciptakan pengalaman merek yang lebih berkesan yang memengaruhi perilaku konsumen dan meningkatkan penjualan.
Teori pemasaran sensorik didasarkan pada gagasan bahwa manusia memproses informasi pemasaran menggunakan beberapa indera sekaligus, bukan secara terpisah. Saat konsumen menemukan suatu produk, mereka mungkin memperhatikan warna, tekstur, dan baunya, sehingga menciptakan pengalaman multisensori yang memengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan mereka.
Teknik pemasaran sensorik mencakup berbagai metode seperti memanfaatkan warna, suara, atau aroma tertentu untuk membangkitkan emosi dan membangun citra merek yang mudah diingat. Misalnya, sebuah merek dapat menggunakan palet warna tertentu untuk membangkitkan rasa tenang atau menggunakan aroma berbeda untuk dikaitkan dengan produk atau layanan tertentu.
Teori pemasaran sensorik sangat efektif dalam industri seperti ritel mewah, di mana menciptakan pengalaman yang mendalam sangat penting untuk membangun loyalitas merek dan meningkatkan penjualan. Hal ini juga terhubung dengan neuromarketing, yang memanfaatkan penelitian psikologis dan ilmu saraf untuk memahami perilaku dan preferensi konsumen. Intinya, pemasaran sensorik menekankan pentingnya menggabungkan elemen multisensori ke dalam strategi pemasaran untuk meninggalkan kesan abadi dan meningkatkan keterlibatan konsumen.
Manfaat Menggunakan Sensory Marketing dalam Periklanan
Keuntungan menggunakan pemasaran sensorik dalam periklanan adalah:
– Membangun Identitas Merek yang Lebih Kuat
Sensory marketing membantu dalam membangun identitas merek yang khas dengan melibatkan konsumen melalui berbagai indra, sehingga membuat merek lebih mudah dikenali dan diingat.
– Menumbuhkan Loyalitas Pelanggan
Melalui penciptaan pengalaman sensorik yang positif, pemasaran sensorik memupuk ikatan emosional antara pelanggan dan merek, sehingga meningkatkan loyalitas dan retensi pelanggan.
– Membedakan Pesaing
Taktik pemasaran sensorik dapat membedakan suatu merek dari pesaingnya dengan memberikan pengalaman sensorik berbeda yang membuatnya menonjol.
– Mempertahankan Pelanggan di Tempat
Pemasaran sensorik dapat mendorong pelanggan untuk tinggal lebih lama di toko atau tempat usaha, meningkatkan pengalaman berbelanja dan berpotensi meningkatkan penjualan.
– Menciptakan Pengalaman Konsumen
Pemasaran sensorik bertujuan untuk memberikan pengalaman sensorik unik yang melibatkan konsumen, mengaitkan nilai-nilai positif dengan merek, dan memengaruhi keputusan pembelian mereka.
– Meningkatkan Hubungan Pelanggan
Pemasaran sensorik memperkuat ikatan antara pelanggan dan merek dengan menarik emosi dan pengalaman, sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan dan preferensi pelanggan.
– Mendapatkan Keunggulan Kompetitif
Strategi pemasaran sensorik dapat menawarkan keunggulan kompetitif dengan memberikan pengalaman sensorik khas yang membedakan suatu merek dari pesaingnya.
– Manfaat Pemasaran Multisaluran
Pemasaran multisaluran mengintegrasikan pemasaran sensorik di berbagai saluran, meningkatkan pengalaman pelanggan dan meningkatkan pengenalan merek.
– Menyederhanakan Konversi Pelanggan
Pemasaran sensorik menyederhanakan konversi pelanggan melalui pemicu sensorik, yang menyimpang dari metode periklanan tradisional untuk menciptakan citra merek yang positif dan memengaruhi keputusan pembelian pelanggan.
– Memahami Perilaku Konsumen
Pemasaran sensorik membantu merek dalam memahami perilaku dan motivasi konsumen, sehingga menghasilkan strategi pemasaran yang lebih efisien dan meningkatkan hubungan pelanggan.
Kekurangan Menggunakan Sensory Marketing Dalam Periklanan
Kekurangan menggunakan pemasaran sensorik dalam periklanan:
– Mahal
Pemasaran sensorik bisa jadi mahal bagi perusahaan, terutama jika pemasaran tersebut mencakup banyak elemen sensorik dan tim besar untuk analisis dan interpretasi data yang tepat.
– Mudah Direplikasi
Pesaing dapat dengan mudah meniru strategi pemasaran sensorik, sehingga mengurangi nilai unik yang ingin dibangun oleh suatu merek.
– Daya Tarik Terbatas
Beberapa individu mungkin tidak bereaksi positif terhadap pemasaran sensorik, sehingga mengakibatkan rendahnya keterlibatan dan kemungkinan asosiasi merek yang negatif.
– Layanan Buruk
Pemasaran sensorik yang sukses dapat menciptakan pengalaman positif, namun layanan yang buruk atau ketidaksesuaian dengan layanan secara keseluruhan dapat merugikan merek.
– Kurangnya Internalisasi
Konsumen mungkin tidak menginternalisasi pesan dan nilai-nilai sensorik pemasaran, sehingga mengakibatkan ketidakpedulian dan kurangnya loyalitas.
Tantangan-tantangan ini menekankan perlunya perencanaan, pelaksanaan, dan pertimbangan yang cermat terhadap audiens sasaran ketika menerapkan strategi pemasaran sensorik dalam periklanan.
Konsep Neuromarketing
Neuromarketing adalah studi yang menggabungkan ilmu saraf dan pemasaran untuk memahami perilaku konsumen dan pengambilan keputusan. Ia menggunakan teknik ilmu saraf untuk menganalisis bagaimana otak merespons rangsangan pemasaran seperti iklan, kemasan, dan desain produk. Dengan menyelidiki aspek bawah sadar dan emosional yang mempengaruhi keputusan konsumen, pendekatan ini membantu pemasar dalam menyusun strategi yang lebih baik.
Neuromarketing didasarkan pada gagasan bahwa keputusan konsumen sering kali dibentuk oleh faktor bawah sadar seperti emosi, preferensi, dan motivasi, yang mungkin tidak terlihat jelas melalui metode pemasaran tradisional. Ini menggunakan alat seperti functional magnetic resonance imaging (fMRI), electroencephalogram (EEG), dan teknik neuroimaging lainnya untuk mengukur aktivitas otak dan reaksi fisiologis terhadap berbagai rangsangan pemasaran. Informasi ini kemudian dianalisis untuk menemukan pola dan tren yang dapat memandu strategi pemasaran dan meningkatkan dampak kampanye periklanan.
Neuromarketing tidak dimaksudkan untuk menggantikan metode pemasaran tradisional namun untuk menawarkan wawasan tambahan yang dapat meningkatkan strategi pemasaran. Ini telah digunakan di berbagai sektor seperti barang konsumsi, keuangan, dan layanan kesehatan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang perilaku dan preferensi konsumen. Bidang ini selalu maju, mengintegrasikan teknologi dan metode baru untuk meningkatkan akurasi dan kemampuan prediktifnya.
Beberapa Teknik yang Digunakan Dalam Neuromarketing
Neuromarketing menggunakan berbagai teknik untuk memahami perilaku konsumen dan proses pengambilan keputusan. Beberapa teknik tersebut antara lain:
– Pelacakan Mata
Metode ini melibatkan pelacakan gerakan mata seseorang untuk memahami fokus, rentang perhatian, dan navigasi melalui lingkungan visual. Ini dapat digunakan untuk menganalisis tanggapan konsumen terhadap iklan, kemasan, atau tampilan produk.
– Pupilometri
Teknik ini mengukur ukuran pupil seseorang untuk menentukan ketertarikan atau penolakannya terhadap stimulus tertentu. Ini dapat digunakan untuk menilai reaksi konsumen terhadap produk, iklan, atau materi pemasaran lainnya.
– EEG (Electroencephalogram) atau fMRI (Functional Magnetic Resonance Imaging) adalah teknik neuroimaging yang memungkinkan peneliti mengukur aktivitas otak secara langsung sebagai respons terhadap rangsangan yang berbeda. Hal ini memberikan wawasan tentang bagaimana konsumen memproses informasi, membuat keputusan, dan membentuk hubungan emosional dengan produk atau merek.
– Pengodean Wajah melibatkan analisis ekspresi wajah untuk mendeteksi perubahan halus dalam emosi dan reaksi. Ini dapat digunakan untuk mengukur respons konsumen terhadap rangsangan pemasaran, seperti iklan atau kemasan produk.
– Sensory Marketing mengintegrasikan elemen sensorik, seperti warna, suara, atau aroma, ke dalam strategi pemasaran untuk menciptakan pengalaman multisensori yang memengaruhi perilaku dan preferensi konsumen. Elektrokardiogram (ECG) dan Galvanic Skin Response (GSR) adalah teknik yang digunakan dalam Neuromarketing. ECG mengukur aktivitas jantung untuk mendeteksi respons emosional terhadap rangsangan pemasaran, sementara GSR mengukur respons kulit terhadap rangsangan emosional, sehingga memberikan wawasan tentang reaksi konsumen terhadap materi pemasaran.
Metode-metode ini membantu pemasar memahami perilaku dan preferensi konsumen dengan lebih baik, sehingga memungkinkan pengembangan strategi pemasaran yang lebih efektif dan terhubung dengan audiens target.
Hubungan antara Sensory Marketing dan Neuromarketing
Pemasaran sensorik dan pemasaran saraf adalah bidang terkait erat yang memiliki tujuan dan metode yang sama. Kedua disiplin ilmu tersebut berupaya memahami perilaku konsumen dan pengambilan keputusan dengan menstimulasi indera konsumen dan mempelajari aktivitas otak mereka. Berikut adalah hubungan utama antara pemasaran sensorik dan pemasaran saraf:
– Tujuan Bersama:
Pemasaran sensorik dan pemasaran saraf bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang perilaku dan preferensi konsumen dengan melibatkan indra mereka dan menganalisis aktivitas otak. Tujuan bersama ini memungkinkan adanya integrasi teknik dan wawasan antara kedua bidang.
– Pengalaman Multisensori:
Sensory marketing berfokus pada penciptaan pengalaman multisensori yang menarik indera konsumen seperti penglihatan, suara, penciuman, rasa, dan sentuhan. Neuromarketing, di sisi lain, menggunakan metode ilmu saraf untuk menganalisis bagaimana konsumen bereaksi terhadap pengalaman multisensori ini. Fokus bersama ini menekankan pentingnya mempertimbangkan aspek multisensori dari pengalaman konsumen di kedua bidang tersebut.
– Metode Ilmu Saraf:
Neuromarketing menggunakan teknik seperti pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI), electroencephalogram (EEG), dan metode neuroimaging lainnya untuk mempelajari aktivitas otak sebagai reaksi terhadap rangsangan pemasaran. Meskipun pemasaran sensorik tidak secara langsung menerapkan metode-metode ini, pemasaran sensorik dapat mengambil manfaat dari wawasan yang diperoleh melalui penelitian neuromarketing untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana konsumen bereaksi terhadap pengalaman multisensori.
– Memahami Perilaku Konsumen:
Baik pemasaran sensorik maupun pemasaran saraf berupaya memahami perilaku konsumen dan proses pengambilan keputusan. Pemasaran sensorik berfokus pada bagaimana pengalaman sensorik memengaruhi perilaku konsumen, sedangkan pemasaran saraf menggunakan metode ilmu saraf untuk memeriksa proses otak yang mendasari pilihan konsumen.
– Integrasi Teknik:
Teknik pemasaran sensorik dan pemasaran saraf dapat digabungkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku konsumen. Misalnya, pemasaran sensorik dapat memandu penciptaan rangsangan pemasaran, yang kemudian dapat dianalisis menggunakan metode neuromarketing untuk menilai dampaknya terhadap aktivitas otak konsumen. Baik pemasaran sensorik maupun pemasaran saraf bertujuan untuk menciptakan pengalaman multisensori dan menganalisis
aktivitas otak yang dihasilkan. Dengan mengintegrasikan teknik-teknik dari bidang-bidang ini, wawasan yang lebih mendalam mengenai perilaku konsumen dan proses pengambilan keputusan dapat dicapai.
Pemasaran sensorik dan pemasaran saraf secara signifikan memengaruhi cara perusahaan melakukan pendekatan pemasaran. Istilah “revolusi” menggarisbawahi perubahan besar yang dibawa oleh bidang-bidang ini ke dalam lanskap pemasaran.
Pemasaran sensorik bertujuan untuk melibatkan konsumen melalui indra mereka – penglihatan, suara, penciuman, rasa, dan sentuhan. Pendekatan ini menciptakan pengalaman multisensori yang memengaruhi perilaku dan preferensi konsumen. Hal ini sangat efektif dalam industri yang mengutamakan aspek sensorik, seperti barang mewah atau pengalaman bersantap mewah.
Neuromarketing menggabungkan ilmu saraf dan pemasaran untuk mempelajari perilaku konsumen dan proses pengambilan keputusan. Ini menggunakan teknik ilmu saraf seperti pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI), electroencephalogram (EEG), dan metode neuroimaging lainnya untuk memeriksa bagaimana konsumen bereaksi terhadap rangsangan pemasaran. Disiplin ini membantu pemasar dalam memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana konsumen memandang dan memproses informasi, sehingga memungkinkan pengembangan strategi pemasaran yang lebih berdampak.
Perpaduan antara pemasaran sensorik dan pemasaran neuro merevolusi strategi pemasaran dengan menawarkan wawasan yang lebih mendalam tentang perilaku dan preferensi konsumen. Dengan menggabungkan wawasan dari kedua bidang ini, perusahaan dapat menciptakan kampanye pemasaran yang lebih tepat dan berdampak yang sesuai dengan target audiens mereka.
Istilah “revolusi neuro-sensorik” menunjukkan bahwa integrasi ini bukan hanya perbaikan kecil namun perubahan signifikan dalam cara pendekatan pemasaran. Hal ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemasaran sensorik dan pemasaran neuro mengantarkan era baru dalam pemasaran, yang lebih berfokus pada pemahaman dan keterlibatan konsumen pada tingkat yang mendalam. Revolusi ini membentuk kembali strategi pemasaran dengan menyoroti pentingnya pengalaman sensorik dan pengaruh bawah sadar yang mengarahkan perilaku konsumen.
Referensi:
Ahmed,R.R., D. Streimikiene, Z. A. Channar, H. A. Soomro, J. Streimikis, dan G. L. Kyriakopoulos, 2022. The Neuromarketing Concept in Artificial Neural Networks: A Case of Forecasting and Simulation from the Advertising Industry. Sustainability, 14(14), 8546; https://doi.org/10.3390/su14148546
Elangovan, N. dan C. Padma, 2017. Neuro Marketing: The New Marketing Paradigm. International Journal of Business and Management Invention. Volume 6 Issue 3 (pp.30-34). Frederick, D. P., 2022. Recent Trends in Neuro marketing – An Exploratory Study. International Journal of Case Studies in Business, IT and Education (IJCSBE). DOI: https://doi.org/10.47992/IJCSBE.2581.6942.0148.
Hall, M. D., 2021. Neuromarketing Explained [key concepts and recommendations]. Smart Insight.
Krishna, A., L. Cian, dan T. Sokolova, 2016. The power of sensory marketing in advertising. Current Opinion in Psychology, 10, 142–147. doi:10.1016/j.copsyc.2016.01
Longley, R., 2019. An Introduction to Sensory Marketing: How Our Senses Sell Us. ThoughtCo.
Mansor, A. A., dan S. M. Isa, 2020. Fundamentals Of Neuromarketing: What Is It All About? Neuroscience Research Notes. Vol. 3 No. 4. DOI: https://doi.org/10.31117/neuroscirn.v3i4.58
Marín, G.J., E. B. Pérez, dan Á. L. Cortés, 2019. Sensory Marketing: The Concept, Its Techniques and Its Application at The Point Of Sale. No. 148, 121-147. 4 http://doi.org/10.15178/va.2019.148.121-147.
Mbatha, V.D, A. Koopman, dan T. Chuchu, 2023. Examining the Impact of Sensory Marketing on Young Consumers: A McDonald’s Case Study. International Review of Management and Marketing. Vol 13, Issue 3. DOI: https://doi.org/10.32479/irmm.14320.
Millagala, K., 2023. Neuromarketing as a Digital Marketing Strategy to Unravel the Evolution of Marketing Communication. 5th Nordic International Business, Export Marketing and Tourism Conference 2023.
Schwab, P.N., 2023. Sensory Marketing: Definition, Advantages and Use [Guide 2023]. Into The Minds.
Shahid, S., J. Paul, F. G. Gilal, dan S. Ansari, 2022. The Role of Sensory Marketing And Brand Experiencein Building Emotional Attachment And Brand Loyaltyin Luxury Retail Stores. Psychology & MarketingVolume 39, Issue 7. Pages1281-1427. DOI: 10.1002/mar.21661.
Spence, C., 2020. On the Ethics of Neuromarketing and Sensory Marketing. Organizational Neuroethics (pp.9-29). DOI:10.1007/978-3-030-27177-0_3.
One thought on “THE NEURO-SENSORY REVOLUTION: BAGAIMANA SENSORY MARKETING DAN NEURO MARKETING MENDEFINISIKAN ULANG MARKETING STRATEGIES”