oleh: Halida Achmad Bagraff, S.E., M.S.A., Ak., CA.

Fenomena Lipstick Effect merujuk pada kecenderungan konsumen untuk tetap membeli barang-barang kecil dan terjangkau, seperti kosmetik, selama masa krisis ekonomi. Meskipun pengeluaran untuk barang-barang mewah besar menurun, konsumen mencari cara untuk memanjakan diri melalui pembelian kecil yang memberikan kepuasan emosional.
Definisi
Lipstick Effect adalah teori dalam ekonomi perilaku dan pemasaran yang menyatakan bahwa saat kondisi ekonomi memburuk, konsumen tetap cenderung membeli barang-barang kecil yang mewah (seperti lipstik, parfum, atau kosmetik lain), meskipun mengurangi pembelian barang mahal seperti mobil, rumah, atau perhiasan. Konsep ini menyoroti perubahan perilaku konsumen yang mengutamakan produk yang dapat memberikan kepuasan emosional.
Perubahan dalam siklus ekonomi yang tidak stabil, seperti inflasi, deflasi, atau resesi, dapat memperkuat fenomena lipstick effect. Fenomena ini menggambarkan bagaimana individu menyesuaikan diri dengan kondisi ekonomi yang sulit dengan mencari bentuk kepuasan pribadi melalui pembelian kecil. Konsep lipstick effect pertama kali dikenalkan oleh Leonard Lauder, mantan CEO Estée Lauder, setelah ia mengamati peningkatan penjualan produk lipstik selama masa resesi. Meskipun konsumen mengurangi pembelanjaan untuk barang-barang mewah, mereka tetap berupaya memberi kebahagiaan bagi diri sendiri melalui pengeluaran kecil yang dianggap menyenangkan.
Fenomena Lipstick Effect di Indonesia
Di Indonesia, fenomena ini terlihat selama pandemi COVID-19 dan masa-masa tekanan ekonomi lainnya. Meskipun banyak sektor mengalami penurunan, industri kosmetik menunjukkan ketahanan. Konsumen, terutama wanita muda, tetap membeli produk kecantikan sebagai bentuk self-reward dan upaya menjaga penampilan di tengah keterbatasan.
Sebuah studi menunjukkan bahwa saat seseorang merasa percaya diri dengan penampilannya, mereka juga lebih optimis dalam menghadapi tantangan sehari-hari. Hal ini membuat industri kecantikan tetap bertahan meskipun kondisi ekonomi sedang sulit.
Lipstick Effect tidak terbatas pada kosmetik. Konsep ini adalah tentang mekanisme psikologis konsumen untuk mengatasi stres ekonomi dengan membeli hal kecil yang menyenangkan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran per kapita per bulan pada Maret 2024 meningkat menjadi Rp1.500.556 dibandingkan Rp1.451.870 pada Maret 2023. Kenaikan ini disebabkan oleh pengeluaran untuk makanan yang naik 5,69% dan bukan makanan sebesar 1,10%. Kenaikan ini mengindikasikan peningkatan konsumsi pada barang-barang non-esensial.
Pada kuartal III 2024, konsumsi rumah tangga menyumbang 53,08% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dengan pertumbuhan 4,91% year-on-year. Namun, ia mencatat pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya, mengindikasikan perubahan pola konsumsi masyarakat. Pergeseran menuju konsumsi barang mewah dan belanja impulsif dapat menyebabkan alokasi sumber daya yang kurang produktif, yang dalam jangka panjang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Penyebab Terjadinya Lipstick Effect
- Tekanan Ekonomi dan Krisis Finansial
Saat terjadi resesi, inflasi, atau penurunan daya beli, konsumen cenderung menunda atau membatalkan pembelian barang-barang besar (seperti mobil, rumah, atau barang elektronik mahal). Namun, mereka tetap mencari cara untuk “menghadiahi” diri dengan barang kecil yang lebih terjangkau tetapi tetap terasa mewah.
- Kebutuhan Psikologis untuk Penghiburan Diri (Self-reward)
Dalam kondisi penuh tekanan, banyak orang mengalami stres atau ketidakpastian. Membeli sesuatu yang kecil namun menyenangkan bisa menjadi bentuk coping mechanism, atau upaya menenangkan diri secara psikologis.
- Kebutuhan untuk Tetap Merasa Mampu / Berdaya
Pembelian barang kecil mewah dapat memberikan ilusi kendali dan kemampuan finansial, meskipun kondisi ekonomi sedang sulit. Hal ini menciptakan perasaan positif, bahwa seseorang masih bisa menikmati hidup.
- Simbol Status dan Citra Diri
Benda-benda kecil seperti kosmetik, aksesoris, atau kopi premium tetap menjadi simbol status sosial. Meski tidak semahal barang mewah lainnya, barang-barang ini dapat menunjang penampilan dan menegaskan identitas atau kelas sosial seseorang.
- Shifting dari Konsumsi Besar ke Konsumsi Mewah Kecil (Affordable Luxury)
Konsumen tidak berhenti belanja sepenuhnya, tapi mengalihkan pengeluaran ke produk yang lebih terjangkau namun tetap punya nilai prestise (prestige value). Ini dikenal sebagai konsep masstige (mass + prestige).
Penjelasan Psikologis
Lipstick Effect dapat dijelaskan melalui teori Hedonic Consumption yang dikemukakan oleh Hirschman dan Holbrook (1982). Teori ini menyatakan bahwa konsumen tidak hanya membeli produk untuk fungsi utilitasnya, tetapi juga untuk kepuasan emosional. Dalam kondisi ekonomi sulit, konsumen cenderung mencari hiburan dan kenyamanan melalui pembelian produk-produk kecil yang memberikan kepuasan langsung.
Data dan Studi Pendukung
- Penjualan Produk Kecantikan: Selama pandemi COVID-19, penjualan produk kecantikan di Indonesia, termasuk lipstik, mengalami peningkatan meskipun banyak sektor lain mengalami penurunan.
- Peran Generasi Muda: Generasi muda di Indonesia memainkan peran penting dalam fenomena Lipstick Effect. Mereka tetap aktif dalam berbelanja dan mempengaruhi tren konsumen, bahkan di tengah kondisi ekonomi yang menantang.
Kesimpulan
Fenomena Lipstick Effect di Indonesia menunjukkan bahwa dalam menghadapi tekanan ekonomi, konsumen mencari cara untuk tetap merasa bahagia dan percaya diri melalui pembelian kecil yang terjangkau. Industri kosmetik, dengan produk-produk seperti lipstik, menjadi salah satu sektor yang menunjukkan ketahanan dan adaptabilitas dalam kondisi ekonomi yang menantang.
Sumber Referensi:
- Hirschman, E. C., & Holbrook, M. B. (1982). Hedonic Consumption: Emerging Concepts, Methods and Propositions. Journal of Marketing, 46(3), 92-101.
- Christopher, M., Payne, A., & Ballantyne, D. (2008). Relationship Marketing: Creating Stakeholder Value.
- Bank Indonesia (2024). Laporan Ekonomi dan Keuangan Indonesia.
- Lauder, L. (2001). The Lipstick Index.
- Schor, J. (1998). The Overspent American: Upscaling, Downshifting, and the New Consumer.