Administrasi Bisnis

Sejarah Pemikiran Manajemen: Ide Fritz Schumacher “Small is Beautiful (Kecil Itu Indah)”

Author: Dr. Siti Mahmudah, S.Sos., M.Si.

Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik NSC Surabaya

Ernst Friedrich Fritz Schumacher lahir di Bonn, Jerman pada 1991. Dia dididik di Arndt Gymnasium di Berlin dan juga di
Universitas Berlin dan Bonn. Pada 1930 dia pindah ke UK sebagai Rhodes Scholar dan mempelajari filsafat, politik, dan ekonomi selama dua tahun di New College, Oxford. Dia menghabiskan tahun ketiga masa studinya di sekolah perbankan di Columbia University di USA. Pada saat itu Schumacher kembali ke Jerman pada 1934 ketika Nazi berkuasa, karena menolak pemerintahan rezim Hitler. Schumacher meninggalkan Jerman pada 1936 dan kembali ke UK. Ketika permusuhan mulai pada 1939 Schumacher dimasukkan selama tiga bulan dalam kamp detention dengan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membantu perang sebagai tenaga pertanian di Oxofrdhisre. Dengan mengggabungkan kerja agrikultur dengan riset dan tulisannya tentang isu-isu ekonomi, dia menghadiri pertemuan-pertemuan rutin dengan para ahli ekonomi dan finansial di Whitehall. Dari tahun 1946 hingga tahun 1950 Schumacher menjadi anggota UK Section of the Control Commission di Jerman Barat.

Pada 1995 Schumacher menerima penawaran dari PBB untuk menjadi penasehat ekonomi pemerintah Burma. Dengan menarik mistik dan agama-agama Timur secara umum dia tertarik pada Buddhisme. Tugas di Burma memberinya peluang untuk mengunjungi sebuah negara Buddhist dan secara langsung mempelajari dampak kepercayaan Buddha tentang dasar pekerjaan. Pada 1960 istri Schumacher Ann Maria yang dinikahi pada 1936 tiba-tiba meninggal akibat kanker. Peristiwa tragis ini membawa Schumacher pada periode perenungan mendalam, membuatnya mempertanyakan keyakiann filosofi dan ekonominya. Selanjutnya dia menggunakan wawasan-wawasan yang dia dapatkan di Burma untuk mengkritik pendekatan-pendekatan kontemporer Barat terhadap pekerjaan. Seperti ditulisnya:

“Sudut pandang Buddhist mngambil fungsi kerja setidaknya ada tiga: memberi manusia peluang untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuannya: memungkinkannya mengatasi keegoisannya dengan bergabung dengan orang lain dalam tugas bersama; dan mengedepankan barang dan jasa yang diperlukan agar menjadi eksis… konsekuensi-konsekuensi yang mengalir dari pandangan ini tidak berakhir. Untuk mengatur kerja dengan cara yang menjadikannya tak berharga, membosankan, dan membuat saraf rusak bagi para pekerja adalah sejenis kriminal: ini akan mengindikasikan perhatian yang lebih besar terhadap barang daripada terhadap pekerja, sebuah kejahatan di mana tidak ada hasrat dan tingkat kedekatan yang merusak jiwa terhadap sisi paling primitif eksistensi duniawi ini. “(Schumacher 1973/1993: 40-41).

Schumacher kadang-kadang menolak Buddhisme sebagai sistem keyakinan yang bisa hidup bagi orang-orang Barat dan bersama dengan istri keduanya Verena dan anak perempuannya diterima ke dalam gereja Katolik Roma. Dalam cara ekletik, dia menyerap doktrin Katolik (terutama subsidiaritas) dalam mengembangkan argumenargumennya untuk kemauan masyarakat berkembang dan maju secara damai. Selama 1960-an dan 1970-an Schumacher menjadi ahli propaganda teknologi interpemiat atau teknologi yang tepat – sebuah ide yang disusunnya dalam sebuah laporan yang digunakan untuk Indian Planning Commission pada 1963. Dia mengklaim bahwa teknologi perantara memungkinkan untuk akses dan kontrol yang berada di level pedesaan, sehingga lebih menopang daripada menghancurkan masyarakat. Pada 1966, Schumacher menjadi Founder-Chairman Intermediate Technology Development Group dan memberikan kuliah tentang ide-idenya untuk teknologi skala kecil dan ramah lingkungan. Dia juga menjabat Direktur Soil Association (organisasi pertanian organik terbesar di UK) dan sebagai Direktur Scott-Bader Company (perusahaan kimia yang merintis kepemilikan bersama industri). Schumacher pensiun dari NCB (National Coal Bnoard) pada 1970 dan ditunjuk sebagai Commander of British Empire pada 1974. Schumacher menghabiskan pensiunnya untuk menyebarkan ide-idenya. Dia selalu siap bertemu dengan kelompok apapun jenis atau ukurannya asalkan mereka bersedia bertindak sesuai dengan ide-idenya. Jadwal yang padat dan perjalanan yang berlebihan mungkin menyebabkan kematian Schumacher pada saat ulang tahunnya, tahun 1977 dia sakit dan meninggal saat bepergian dengan kereta menuju Swiss untuk menghadiri sebuah konferensi.

Kecil Itu Indah
Schumacher menerbitkan karya utamanya Small is Beautiful: A study of Economics as if People Mattered pada 1973, terdiri atas 19 bab, dan sebuah epilog yang dilengkapi dengan beragam artikel, esai dan kuliah yang dia tulis dari pertengahan 1960-an hingga awal 1970-an. Materi yang terkandung dalam buku ini menunjukkan luasnya minat
Schumacher, mulai dari pendidikan hingga energi nuklir dan dari ekonomi Buddhist hingga problem pengangguran di India. Ini juga menampilkan beragam sumber yang mengilhami Schumacher. Seperti dikatakan Porritt:

Fritz Schumacher adalah peracik hebat, membawa banyak perhatian yang terpisah di dalam kerangka referensi yang sama. Dia adalah salah satu pemikir holistik pertama dalam Gerakan Hijau modern. Membaca Small is Beautiful akan
memberikan perasaan kuat tentang tradisi kaya yang didapatkan oleh Schumacher. Dia adalah pewaris alami gagasan-gagasan William Morris tentang signifikansi krusial yang memberi akses rakyat pada pekerjaan yang baik, pewaris Lady Eve Balfour dan Henry Doubloeday tentang pertanian organik dan pentingnya memelihara kesuburan tanah, pewaris Lewis Mumford tentang teknologi dan Revolusi Industri, pewaris Gandhi, Roptkin, Tawney dan Galbraith. Semuanya
dan banyak lagi gagasan yang dicampur ke dalam poci Schumacher untuk menghasilkan karya dengan vitalitas dan keaslian yang luar biasa
“. (Porritt dalam Schumacher, 1973/1993: vii-viii).”

Meski kontribusi langsung Schumacher terhadap teori manajemen terkandung dalam tiga bab bukunya, gambaran-gambaran tentang isu-isu manajemen tersebar di seluruh studinya. Yang penting bagi pemikiran Schumacher adalah pertanyaan tentang ukuran. Dalam aspek pekerjaanya ini dia sangat dipengaruhi oleh ide-ide ekonom Austria Leopold Kohr, khususnya bukunya The Breakdown of Nations, pertama kali diterbitkan pada 1957. Khor mengembangkan apa yang dia sebut sebagai “teori ukuran kemalangan” yang mengklaim bahwa:

“.. tidak ada kemalangan di bumi yang tidak bisa ditangani dengan sukses pada skala kecil, sebaliknya, tidak ada kemalangan di bumi yang bisa ditangani sama sekali kecuali pada skala kecil, dalam kebesaran, segalanya menjadi semrawut.” (Kohr, 1957: 95)

Diilhami oleh Kohr, Schumacher mengemukakan kritik terhadap kecenderungan organisasi untuk menjadi lebih besar. Seperti dikatakannya “saya sampai pada teori skala ekonomi – di mana industri dan perusahaan, seperti dengan negara terdapat trend yang tidak bisa ditentang yang dipandu oleh teknologi modern, dimana unit-unit menjadi lebih besar. Dia menggolongkan gagasan bahwa organisasi harus terus menjadi lebih besar sebagai “pemujaan ukuran besar” dan menyebut fenomena keseluruhan ini sebagai giantisme. Menurut Schumacher, organisasi-organisasi raksasa, hampir terikat menghasilkan birokrasi yang melemahkan, anoniomitas, dan kesakitan. Dalam kalimatnya sendiri:

“… tak ada yang benar-benar suka organisasi skala besar; tidak ada yang suka mengambil order dari atasan yang mengambil order dari atasan yang mengambil order dari atasannya lagi…. bahkan jika aturan-aturan yang dicurahkan oleh birokrasi sangat manusiawi, tidak ada seorang pun yang suka diatur oleh penguasa, yaitu oleh orang-orang yang menjawab setiap keluhan: saya tidak membuat peraturan, saya hanya menerapkannya.” (Schumacher 1973/1993: 203).

Umumnya, permusuhan terhadap organisasi skala besar tidak membuat Schumacher naif untuk menganggap bahwa setiap industri modern bisa diresturkturisasi sebagai perusahaan tatap-muka skala kecil. Sebenarnya dia menganggap “organisasi skala besar ada di sini” tapi menambahkan bahwa “tugas fundamentalnya adalah mencapai kekecilan di dalam organisasi besar” (Schumacher 1973/1993: 203). Contoh dari kekecilan di dalam kebesaran menurut pandangan Schumacher adalah nyata. Seperti disaksikannya, prestasi terbesar Alfred Sloan di General Motors adalah menyusun
perusahaan raksasanya dengan cara yang membuatnya menjadi federasi dari perusahaan-perusahaan yang berukuran sedang.

Prasangka kuat Schumacher adalah dalam mendukung ukuran kecil seperti yang sering dia sebutkan dalam kutipan “manusia itu kecil dan oleh karena itu kecil itu indah.” Meski demikian dia mengakui bahwa perlunya koherensi operasional, order, stabilitas, efisiensi dan bahkan persaingan seringkali cenderung dalam arah ukuran organisasi yang berlebihan. Dia memandang perannya menawarkan sebuah langkah korektif dan mencoba membentuk kompromi idealnya tentang organisasi skala kecil dan penekanan-penekanan teknologi yang mendorong ke arah ukuran raksasa. Hal ini mendorong Schumacher untuk mengedepankan sebuah teori organisasi skala besar dalam bentuk lima prinsip pemandu, yaitu:

  1. Prinsip fungsi cabang atau subsidiaritas
  2. Prinsip pembersihan nama
  3. Prinsip identifikasi
  4. Prinsip motivasi
  5. Prinsip aksioma tengah

Prinsip Fungsi Cabang atau Subsidiaritas (The Principle of Subsidiarity or The Principle of Subsidiary Function)
Prinsip ini menyatakan bahwa “sebuah masyarakat dari kelas yang lebih tinggi tidak boleh mengganggu kehidupan internal komunitas dari tatanan dibawahnya, yang akan merusak fungsinya tapi harus mendukung kebutuhan dan membantu mengkoordinasikan aktivitasnya dengan beberapa aktivitas masyarakat lainnya, selalu dengan pandangan
demi kebaikan umum. Schumacher sadar bahwa ide subsidiaritas ditujukan pada masyarakat luas. Untuk mencapai struktur ini Schumacher mengusulkan bahwa organisasi yang besar harus terdiri atas banyak unit semi otonom atau perusahaanperusahaan kuasi. Masing-masing harus diberi kebebasan operasional yang besar untuk memaksimalkan peluang bagi kreativitas yang disebutnya sebagai enterpreneurship.

Prinsip Pembersihan Nama (The Principle of Vindication)
Agar kontrol sentral bermakna dalam sebuah situasi di mana subsidiaritas diterapkan, kuasi perusahaan harus mampu mengetahui tanpa ragu apakah perusahaan bekerja secara memuaskan atau tidak. Otoritas sentral dalam organisasi harus menyusun targettarget performa atau kriteria yang jelas bagi unit-unit cabang. Jika hal tersebut dipenuhi maka otoritas sentral harus bersiap-siap membersihkan nama unit-unit cabang sepanjang waktu. Seperti kata Schumacher: dalam aplikasi idealnya, prinsip pembersihan nama akan mengizinkan hanya satu kriteria akuntabilitas dalam sebuah organisasi komersial, yaitu profitabilitas. Tentu saja, kriteira ini akan menjadi subjek perusahaan-perusahaan kuasi yang mengamati aturan-aturan dan kebijakan-kebijakan umum yang diberikan oleh pusat.

Prinsip Identifikasi (The Principle of Identification)
Ini menuntut setiap unit cabang atau perusahan-kuasi memiliki catatan laba rugi dan neraca. Setiap unit yang beroperasi memerlukan neracanya sendiri agar kontribusi finansialnya terhadap organisasi secara keseluruhan bisa diidentifiaksi. Sekali lagi Schumacher mengatakan:

“.. sebuah sukses unit harus mendorong kebebasan yang lebih besar dan lingkup finansial yang lebih besar bagi unit, sementara kegagalan – dalam bentuk rugi – harus menyebabkan pembatasan dan ketidakmampuan. Seseorang ingin
menggunakan suskes dan mendiskriminasi kegagalan. Neraca menggambarkan substansi ekonomi yang diperbesar atau dikurangi oleh hasil-hasil saat ini. Ini memungkinkan semua yang terlibat untuk mengikuti efek operasi pada substansi. Laba dan rugi dikedepankan dan tidak dihilangkan. Oleh karena itu, setiap perusahaan kuasi harus memiliki neraca terpisahnya sendiri, di mana profit bisa muncul sebagai pinjaman bagi pusat dan rugi sebagai pinjaman dari pusat. Ini merupakan persoalan kepentingan psikologis yang besar.”
(Schumacher 1973/1993:209).

Prinsip Motivasi (The Principle of Motivation)
Ini menuntut struktur organsiasi secara keseluruhan dirancang berkaitan dengan motivasi individu para tenaga kerjanya. Schumacher menawarkan sedikit saran praktis tentang bagaimana ini dicapai melampaui penyebutan fakta terkenal bahwa “untuk sebuah organisasi besar, dengan birokrasinya, kontrol impersonal dan jauhnya, banyaknya peraturan dan regulasi yang abstrak, dan di atas itu semua secara relatif tidak komprehensif karena berasal dari ukurannya. Motivasi merupakan persoalan penting. Tidak mengejutkan bila dia menolak gagasan bahwa orang-orang bekerja hanya demi uang dan mencari apa yang dia sebut sebagai pekerjaan bagus – yaitu pekerjaan yang menggabungkan insentif finansial, tantangan dan kepuasan dengan nilai-nilai intrinsik.

Prinsip Aksioma Tengah (The Principle of the Middle Axiom)
Menurut Schumacher semua problem manusia berasal dari antinomi (yaitu kontradiksi) antara perintah dan kebebasan. Top management terperangkap di antara tanggungjawab untuk mengarahkan organisasi sembari menjaga kebebasan kreatif. Seperti dikatakannya:

Pusat bisa dengan mudah menjaga tatanan; tapi tidak mudah menjaga kebebasan dan kreativitas. Pusat memiliki kekuasaan untuk membuat perintah, tapi tidak ada/tidak bisa memberikan kekuasaan untuk memberikan kontribusi kreatif. Bagaimana top management di pusat bekerja untuk perkembangan dan inovasi? Dengan berasumsi bahwa pusat tahu apa yang harus dilakukan, bagaimana manajemen melakukannya di seluruh organisasi? Pusat bisa menerbitkan instruksi tapi jauh dari bidang operasi aktual, manajemen pusat akan mendatangkan kritik valid yang berusaha menjalankan industri dari kantor pusat.. tidak ada metode pemerintahan lunak ataupun metode pemerintahan keras dengan instruksi yang memenuhi ketentuan-ketentuan kasus ini. Yang diperlukan adalah sesuatu di antara, aksioma tengah, sebuah order dari atas yang belum merupakan sebuah order (Schumacher, 1973/1993: 210-211).

Reviu Kritis
Prinsip-prinsip pemandu Schumacher yang berkaitan dengan keuntungan organisasi skala kecil, kerugian giantisme, bersama-sama dengan kebutuhan mengembangkan kekecilan di dalam kebesaran, menjadi bagian dari kebijakan manajemen yang diterima saat ini. Meski beberapa gagasan Schumacher, seperti interpretasinya tentang hidup di
UK National Coal Bnoard, adalah kecil namun demikian karyanya tetap berpengaruh, setidaknya dalam bidang kekuasaan, dan masih banyak dalam karya Schumacher yang menggambarkan ide-ide Rosabeth Moss Kanter. Seperti diamati Kennedy, pendekatan Schumacher, menyerang benang resonan yang memanjang setelah konten esai-esai
ringannya yang dilupakan. Dia 15 tahun lebih maju dalam menyarankan pengakuan akan perlunya melibatkan rakyat dalam pembuatan keputusan dalam unit-unit kecil.

Selain hal tersebut, Henry (1979) menyatakan bahwa PEI (Prince Edward Island) berfikir bahwa “small is beautiful”. Adapun pemikiran-pemikiran tersebut adalah concern over cost, unique program, advantages of being small, parade of
problems, less is more, worse to worst, quality assurance team, many more meeting, and visualizing the problem. Di sisi lain Backers and Vaughan (2001) dalam tulisannya yang berjudul “Small is Beautiful: An attempt to quantity the comparative disadvantage of large asset manager”, mendukung pendapat Schumacher pada prinsip pembersihan
nama bahwa satu kriteria akuntabilitas dalam sebuah organisasi komersial, yaitu profitabilitas. Dalam kesimpulannya Backers and Vaughan menyatakan bahwa dalam simulasi ini kami mencoba untuk mengisolasi dampak dari ukuran pendanaan pada kinerja investasi, dan menyimpulkan bahwa “small is beautiful”. Namun demikian, meskipun banyak pendapat mengatakan kecil itu indah, akan tetapi Jua (2002) dalam tulisannya menyatakan bahwa “small is not always beautiful”. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya kecil itu indah jika tidak dimanaj
dengan baik, dan akan lebih baik lagi bila mampu memanajnya menjadi besar dengan tetap indah dan menjadi luar biasa, sebagaimana kata pepatah ‘small is beautiful, big is wonderful’.

Referensi:

  1. Beckers, Stan and Greg Vaughan. 2001. Small is beautiful: An attempt to quantity the comparative disadvantage of large asset manager. The Journal of Portofolio Management. Summer 2001. 9-16.
  2. Henry, Sarah. 1979. PEI thinks small is beautiful – and more cost –efficient in healthcare delivery. CMA Journal. August 4. 1979. vol 121. 358 – 363.
  3. Jua, Nantang. 2002. Small is not always beautiful: a case study of the Njinikin Area Development Association. Nordic Journal of African Studies. 11 (3). 2002. 336 – 358.
  4. Kohr, Leopold. 1957. The Breakdown of Nations. New York: Routledge and Kegan Paul.
  5. Schumacher, Ernst Friedrich. 1973. Small is Beautiful: A Study of Economics as If People Mattered. London: Blond & Briggs.
  6. Schumacher, Ernst Friedrich. 1993. Small is Beautiful: A Study of Economics as If People Mattered. Reprint. Vintage.
  7. Sheldrake, John. 2003. Management Theory. Second Edition. Thomson

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *