Manajemen Pemasaran Internasional

Metaverse Marketing

Author: Nina Triolita, S.E., M.M.
Program Studi Sarjana Terapan
Manajemen Pemasaran Internasional

Dalam dunia digital tentunya kita saat ini sedang marak membicarakan tentang metaverse. Istilah metaverse yang terlintas dalam benak kita adalah kehidupan dunia virtual yang akan menjadi teknologi dimasa yang akan datang. Metaverse merupakan suatu realitas digital yang menggabungkan aspek media sosial, game online, Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan Cryptocurrency untuk memungkinkan pengguna berinteraksi secara virtual.

Sumber gambar: https://www.suara.com/tekno

Metaverse akan mampu menampilkan dunia virtual seperti kehidupan dunia nyata, dengan tanah, bangunan, avatar yang bisa dibeli dan dijual, yang seringkali menggunakan mata uang kripto. Di dalam dunia ini, orang-orang dapat beraktivitas, berteman, mengunjungi tempat tertentu, hingga membeli barang dan jasa, layaknya di kehidupan nyata.

Metaverse ini saat ini juga menjadi perhatian bagi Mark Zuckerberg CEO Facebook untuk bisa menjadikan facebook sebagai kehidupan virtual di Facebook dengan menggabungkan Virtual Reality dan Augmented Reality melalui Metaverse.

Sejarah metaverse awal mulanya istilah metaverse pertama kali muncul pada awal 1990-an dan telah dikritik sebagai metode membangun hubungan masyarakat dengan menggunakan konsep avatar yang berdasarkan pada teknologi yang ada dan berkembang saat ini.

Meskipun dimiliki oleh beberapa perusahaan teknologi seperti Facebook, Microsoft dan lain-lain, kekhawatiran tentang dampak pada masyarakat saat ini adalah bahwa semua interaksi pribadi memiliki kempuan teknologi yang otonom. Istilah Metaverse yang juga diciptakan dalam novel fiksi ilmiah Neil Stevenson pada tahun 1992 Snow Crash, di mana manusia, sebagai avatar, berinteraksi satu sama lain dan agen perangkat lunak dalam ruang virtual 3D yang menggunakan metafora dunia nyata.

Stevenson menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan penerus berbasis virtual reality ke Internet. Konsep yang mirip dengan Metaverse telah muncul dengan berbagai nama dalam genre fiksi cyberpunk sejak 1981 dalam novel True Names karya Vernor Vinge. Stevenson menyatakan dalam kata penutup Snow Crash bahwa setelah menyelesaikan novel, ia belajar tentang Habitat, MMORPG awal yang menyerupai Metaverse.

Konsep dunia maya, pertama kali diperkenalkan dalam cerita pendek William Gibson “Burning Chrome” (Omni, Juli 1982), adalah tema sentral dari novelnya yang inovatif tahun 1984 Neuromancer. Pada tahun 2021, situs jejaring sosial Facebook mengubah namanya menjadi Meta untuk mencerminkan fokus barunya dalam menciptakan teknologi yang “menghidupkan Metaverse.” Versi meta-universe-nya digambarkan sebagai “Internet yang diwujudkan di mana Anda mengalaminya, bukan hanya melihatnya.”.

Implementasi metaverse dalam kehidupam sosial dalam implementasinya tak berujung komunitas virtual yang saling berhubungan, di mana orang dapat bertemu, bekerja dan bermain dengan headset realitas virtual, kacamata augmented reality, aplikasi smartphone, atau perangkat lain. Teknologi ini mencakup aspek lain dari kehidupan online seperti belanja dan media sosial. Misalnya, Anda dapat menghadiri konser virtual, menjelajahi internet, melihat atau membuat karya seni, mencoba dan membeli pakaian digital.

Dalam dunia pemasaran kita akan dihadapkan dalam dunia pemasaran masa depan dengan mengunakan metaverse marketing. Menurut https://peertopeermarketing.co/ menjelaskan Metaverse Marketing adalah bentuk terbaru yang menghasilkan keuntungan signifikan untuk merek, dan pasar ini berpotensi mencapai $800 miliar pada tahun 2024. Sebuah laporan baru-baru ini oleh The Small Business Blog juga mengonfirmasi bahwa Facebook menginvestasikan $10 miliar pada teknologi metaverse. Dan Sony menginvestasikan $200 juta.

Pada tahun 2021, pasar non-fungible token (NFT) melampaui penilaian $40 miliar. NFT adalah “mata uang” yang unik dan unik. Mereka bekerja dan bertindak seperti bitcoin dan dapat berupa apa saja digital dan digunakan di banyak industri. Sementara NFT telah menarik orang-orang seperti Coca-Cola, Taco Bell, Ray Ban dan bahkan Snoop Dogg, kasus penggunaan dapat mencakup game, real estat, seni digital, mode, pengalaman, rantai pasokan, dan banyak lagi. Saat kami merencanakan metaverse, peluang tidak terbatas bagi pembeli untuk membeli NFT dan berdagang di banyak platform berbeda.

Banyak sumber daya online dapat memberi Anda gambaran tentang apa yang diperlukan untuk membuat NFT. Berinvestasi dalam taktik ini akan memungkinkan pengguna Anda mengambil sesuatu yang dapat mereka ingat dari metaverse dan merek Anda. Seperti yang dilakukan Nike dengan “CryptoKicks” mereka, merupakan ide bagus untuk mengembangkan NFT unik dan memasangkannya dengan peluncuran produk. Data statistik menyebutkan beberapa merek yang berminat dengan NFT dari merek seperti Adidas, Nike, dan Taco Bell di antara audiens dari semua demografi.

Pada tahun 2021, Axie Infinity, dunia game virtual membuktikan betapa menguntungkannya real estat digital pada tahun 2022. Tim Axie Infinity menjual sembilan bidang tanah dengan harga $2,3 juta. Bisnis Anda dapat mengadakan acara atau menyewakan real estat Anda ke merek lain. Anda juga dapat mulai menjual real estat ini kepada konsumen Anda, asalkan ini selaras dengan penawaran dan kebutuhan konsumen Anda.

Selain itu banyak merek terkenal telah menggunakan strategi ini juga dan mendapat banyak keuntungan. Penawaran produk digital untuk avatar metaverse pada platform Roblox, Gucci menjual tas virtual seharga $4115, dan Digital Coutour menjual gaun (juga digital) seharga $9500. Hal ini menunjukkan bahwa minat konsumen memberi peluang dalam membelanjakan uangnya untuk produk digital.

Metaverse adalah sebuah lingkungan yang menyediakan banyak opsi kegiatan bagi penggunanya. Hal ini terlihat dari inisiatif Meta dan Mark Zuckerberg untuk menjalin hubungan kerja sama dengan banyak perusahaan ternama. Facebook sendiri bahkan telah meluncurkan software meeting untuk metaverse yang disebut dengan Horizon Workrooms.

Ia bisa digunakan dengan headset VR, kacamata AR, dan oculus rift supaya pekerja bisa merasa layaknya di kantor sungguhan. Metaverse adalah serba-serbi dunia internet yang dihadirkan dalam sebuah platform virtual. Pengguna pun dapat melakukan beragam aktivitas pada platform tersebut, mulai dari investasi hingga melaksanakan pekerjaan secara remote, layaknya di dunia nyata.

Metaverse tidak lepas dari akses internet. Kecanggihan teknologi dalam dunia digital yang terus berkembang akan menjadi peluang besar metaverse untuk berkembang di Indonesia. Peralatan digital canggih perlu dipersiapkan untuk dapat memberikan aktivitas lebih terlihat seperti nyata dengan AR/VR dalam bentuk 3D.

Kolaborasi teknologi digital dan strategi pemasaran dimasa yang akan datang akan dapat ditunjukkan nyata melalui metaverse. Meskipun untuk saat ini mteverse marketing masih dilakukan oleh beberapa perusahaan dengan merek tenama, kedepan perkembangan teknologi juga akan bisa dirasakan oleh seluruh brand di dunia.

Perilaku serba digital yang menjadi pola kehidupan baru konsumen di dunia pemasaran tentunya akan dapat menjadi peluang emas dalam meningkatkan pejualan produk bagi setiap perusahaan melalui Metaverse.

Sumber:
https://www.szetoaccurate.com/metaverse/
https://sempatinbaca.com/bagaimana-sejarah-teknologi-metaverse/
https://www.forbes.com/sites/forbestechcouncil/2022/04/22/nft-fraud-menace-of-the-metaverse/?sh=10506e502959
https://thesmallbusinessblog.net/metaverse-statistics/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *