Akuntansi

Pandangan Masyarakat Tentang Uang

Oleh: Thomas Khrisna
Prodi Akuntansi
Politeknik NSC Surabaya

Untuk tidak terjebak pada makna kekayaan yang kurang tepat, perlu kita cermati beberapa pandangan yang kita mungkin sering dengar dalam masyarakat berkaitan dengan uang ataupun kekayaan.

“Jika memiliki banyak uang, orang dapat memenuhi kebahagiannya”.

Pandangan ini keliru. Tidak semua hal apalagi kebahagiaan bisa dibeli dengan uang. Hal-hal yang menyangkut “rasa” di hati, kerap tidak terkait dengan uang. Kalaupun ada yang mencoba membeli, sifatnya artifisial dan hanya sementara saja. Jadi, kalau pada dasarnya memang tidak tenteram damai, maka kendati memiliki uang berkarung-karung tetap saja tidak merasa tenteram damai.

Oleh karena itu, jangan pernah berpikir uang merupakan satu-satunya cara untuk mencapai kebahagiaan hidup Anda. Atau di sisi lain, jika Anda masih merasa belum mampu mendapatkan uang dalam jumlah memadai, bukan berarti kiamat. Berapa pun uang Anda, sebenarnya tetap cukup untuk membuat kita bahagia sepanjang Anda mau melakukan pengelolaan dengan baik.

“Untuk menjadi kaya harus berpendidikan tinggi.”

Pandangan ini ada benarnya, tetapi tidak seratus persen. Realitasnya, kita melihat banyak orang tidak berpendidikan tinggi, tetapi memiliki aset sangat besar. Sebaliknya, tidak sedikit kalangan memiliki latar pendidikan tinggi, tetapi hidup serba kekurangan. Yang benar adalah bagaimana memanfaatkan pendidikan tinggi yang dimiliki untuk bekerja secara produktif sesuai dengan minat dan talenta sehingga memberikan penghasilan yang memadai.

Pendidikan yang lebih tinggi akan membawa Anda pada kehidupan yang lebih baik jika Anda konsisten mengaplikasikan ilmu yang kita dapatkan menjadi sesuatu yang mampu menambah nilai tambah bagi kehidupan masyarakat saat ini, buktinya banyak kita temui figur-figur di sosmed yg kreatif dan sukses dari mengubah sampah menjadi produk bermanfaat yg mempunyai nilai jual.

“Uang perlu dicari agar bisa pensiun segera dan tidak perlu bekerja lagi.”

Ini juga tidak terlalu tepat. Bekerja dan mencari uang pada sebagian orang bisa jadi dua hal berbeda. Artinya, jika mencintai pekerjaan dan mendapatkan makna hidup di situ, kenapa mesti pensiun? Dengan kata lain, bekerja tidak selalu identik demi uang.

Jika pekerjaan Anda banyak memberi tekanan hidup, kendati menghasilkan banyak uang, sampai berapa lama kita mau bertahan. Pekerjaan tersebut mungkin sudah kehilangan kenikmatannya dan fakta seperti ini banyak kita temui.

Di sisi lain, jika Anda merasa klop dengan pekerjaan, kendati uang yang dihasilkan tidak begitu banyak, namun bisa memberi kelanggengan dan rasa tenteram, saya rasa perlu dipertahankan.

“Uang tidak pernah cukup, maka harus dikejar terus.”

Pandangan ini salah kaprah, karena pada dasarnya uang selalu cukup sepanjang kita bijak dan kreatif dalam mengelolanya. Keinginan kita lah yang tidakpernah tercukupkan. Untuk mengelola uang hingga bisa menjadi cukup, selayaknya setiap orang memiliki perencanaan penggunaan, dan pengendalian keinginan.

Salah satu cara adalah mendahulukan berapa uang yang Anda perlukan untuk memenuhi kebutuhan primer dan kemudian barulah kebutuhan sekunder anda.

“Jika berhasil memiliki uang lebih banyak, maka akan lebih besar kesempatan menabung.”

Seringkali menabung bisa dilakukan pada jumlah uang berapa pun. Menabung tidak bergantung pada besarnya pendapatan, tetapi lebih pada niat kemauan. Tak jarang kita temui orang yang makin tinggi pendapatannya tapi semakin besar pula pengeluarannya karena gaya hidup.

Banyak dari kita yang berpikir bahwa, “Hidup itu pendek sehingga perlu dinikmati. Biarkan berjalan apa adanya saja, tidak perlu dibikin rumit, toh nanti pasti ada jalan, pasti ada rejeki.”

Namun, pendapat tersebut belumlah lengkap. Bagaimana kalau tiba-tiba kondisi yang terjadi sebaliknya? Seperti pandemi yg terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga awal tahun 2020 lalu. Pekerjaan belum diperoleh, rejeki belum kunjung tiba, sementara pengeluaran-pengeluaran primer (biaya tetap) sudah pasti, cenderung naik dan sebagian tak dapat ditunda terlalu lama. Bukankah sedari awal kita antisipasi “sedia payung sebelum hujan” daripada berhutang atau membebani orang lain kan.

Beberapa pandangan pribadi terhadap uang dan kekayaan yg kurang tepat perlu diluruskan agar mindset kita makin mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman dan tuntutan hidup kita saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *