Pengelolaan Perhotelan

INTERFENSI DALAM KOMUNIKASI HOTEL

Foto : Koleksi Pribadi

Menurut Shannon,dan Weaver,didalam komunikasi antara dua belah pihak dapat terjadi gangguan yang di sebut dengan noise atau lebih dikenal sebagai interferensi.Gangguan ini muncul di saat yang tidak terduga dan paling tidak dapat mengganggu konsentrasi  tamu atau staff yang sedang berinteraksi.

Interferensi dalam komunikasi di hotel adalah fenomena ketika sinyal atau pesan yang dikirimkan oleh seseorang mengalami gangguan atau degradasi dalam kualitasnya. Hal ini dapat menyebabkan kesalah pahaman atau ketidak jelasan dalam komunikasi antara tamu dan staf hotel, sehingga mempengaruhi kualitas layanan yang diberikan.

Menurut para ahli, interferensi dalam komunikasi di hotel dapat terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah gangguan teknis, seperti gangguan jaringan telekomunikasi atau peralatan komunikasi yang tidak berfungsi dengan baik. Faktor ini dapat mengakibatkan terputusnya sambungan atau suara yang terdengar tidak jelas.

Selain itu, faktor fisik juga dapat menyebabkan interferensi dalam komunikasi di hotel. Misalnya, suara bising atau kebisingan yang tinggi di sekitar area komunikasi bisa membuat pesan suara sulit didengar dengan jelas. Hal ini sering terjadi di area umum hotel seperti lobi atau restoran.

Para ahli juga berpendapat bahwa kurangnya keterampilan komunikasi dari pihak hotel atau staf juga dapat memicu interferensi dalam komunikasi. Misalnya, staf yang tidak mampu mengartikulasikan pesan dengan tepat atau tidak memahami kebutuhan tamu dengan baik, bisa menyebabkan salah interpretasi atau kesalah pahaman.

Selain itu,ada interfensi kebijakan,misalnya perintah mendadak yang isinya membatalkan semua informasi yang sudah di komunikasikan.Komunikasi terpaksa di putuskan demi kebijakan tersebut.Hal ini biasa terjadi pada saat situasi kritis dimana kenijakan pemimpin dapat dengan tiba-tiba berubah secara drastis.

Agar tidak terjadi interferensi atas suatu pembicaraan yang serius maka di lakukan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Pembicaraan empat mata antara petinggi hotel atau HOD Hotel untuk suatu kasus
  2. Pengecekan secara rutin atas alat-alat komunikasi hotel yang terpenting
  3. Mengadakan rapat untuk membahas tentang problem solving yang ada.
  4. Informasi di sampaikan secara tertulis,dengan membuat MEMO
  5. Membuat alat peredam untuk mesin yang bising dengan re desain ruang mesin yang baik sesuai standard agar kedap suara.

Dalam sebuah komunitas di hotel, seringkali terjadi berbagai bentuk interferensi yang dapat mengganggu harmoni dan kualitas pengalaman tamu. Interferensi ini dapat muncul dalam berbagai bentuk seperti perangkat elektronik yang mengganggu kenyamanan tamu, konflik antar tamu, perbedaan kebudayaan, dan lain sebagainya. Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi interferensi ini dan menciptakan atmosfer yang damai dan nyaman bagi semua tamu.

Pertama-tama, hotel dapat memastikan bahwa semua peralatan elektronik yang digunakan di dalam hotel bekerja dengan baik dan tidak mengganggu kenyamanan tamu. Memasang peralatan pemadam suara yang baik serta menginstruksikan para tamu untuk menggunakan peralatan mereka dengan bijak dapat membantu menghindari gangguan suara yang tidak diinginkan. Selain itu, memperhatikan lokasi kamar tamu yang dekat dengan lift, area umum, atau dapur dapat mengurangi risiko interferensi suara yang tidak diharapkan.

Kedua, hotel dapat mengadopsi kebijakan dan prosedur untuk menangani konflik antar tamu. Misalnya, mengadakan sesi pengenalan komunitas bagi tamu yang baru tiba, agar mereka dapat memahami aturan dan norma hotel. Mengedepankan pendekatan mediasi, di mana pihak hotel bertindak sebagai perantara dalam menyelesaikan perselisihan antara tamu juga menjadi langkah yang penting. Selain itu, memiliki sistem yang efisien untuk menerima dan menangani pengaduan tamu juga dapat membantu mencegah konflik yang lebih besar.

Ketiga, menghargai dan memahami perbedaan kebudayaan adalah kunci penting dalam mengatasi interferensi dalam komunitas di hotel. Menyediakan brosur atau informasi yang menjelaskan budaya dan kebiasaan lokal kepada tamu asing dapat membantu mereka memahami lingkungan tempat tinggal mereka sementara. Hotel juga dapat mengadakan kegiatan sosial atau pertukaran budaya di mana tamu dari berbagai negara dapat saling berinteraksi dan berbagi pengalaman kebudayaan mereka. Ini dapat membantu meminimalkan kesalahpahaman dan meningkatkan kesadaran multikultural dalam komunitas hotel.

Selain langkah-langkah di atas, penting juga bagi manajemen hotel untuk memiliki tim yang terlatih dan responsif untuk mengatasi interferensi dalam komunitas. Tim ini harus memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, mampu memahami dan merespon kebutuhan tamu dengan cepat dan efektif. Selain itu, tetap menjaga komunikasi terbuka dengan tamu dan mengedepankan sikap ramah serta keramahan dapat membantu mencegah interferensi yang lebih serius.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, hotel dapat mengatasi interferensi dalam komunitas mereka dan menciptakan lingkungan yang harmonis dan menyenangkan bagi semua tamu. Dengan begitu, tamu dapat menikmati pengalaman mereka tanpa terganggu oleh gangguan eksternal dan mendapatkan kesan yang positif dari komunitas hotel.

Beberapa contoh di atas membuktikan bahwa interferensi banyak di sebabkan oleh faktor-faktor psikologis pribadi-pribadi yang di wujudkan dengan perilaku mengganggu pihak lain.Kesimpulannya ,kepada orang-orang tersebut lebih banyak di berikan kesadaran dengan himbauan agar mereka tidak membiasakan diri memutus pembicaraan orang,ataupun hal –hal yang sejenis agar semua informasi dan kegiatan interaksi dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik.

Foto : Koleksi Pribadi

 Referensi Pustaka

1.Cresswell, John. (2013). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches. London: Sage Publications.

2. DeVito, Joseph. (2017). Essentials of Human Communication. New York: Pearson.

3. Floyd, Kory. (2011). Interpersonal Communication. New York: McGraw-Hill Education.

4.M.Budiatna,Nina Mutmainah,Komunikasi antar pribadi,Universitas Terbuka,1999.

5.Pizam, Abraham, dan Mansfeld, Yoel. (2016). Consumer Behavior in Travel and Tourism. New York: Routledge.

6.Wiethoff, Claudia, dan Szczypula, Jan. (2013). Interpersonal Communication in Hotel Industry. Munich: GRIN Verlag.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *