Akuntansi

Pentingnya Laporan Environmental, Social, and Corporate Governance (ESG) Bagi Keberlanjutan Bisnis

Author: Halida Achmad Bagraff, S.E., M.SA., Ak

Dosen: D3 Akuntansi

Urgensi ESG (Environmental, Social, and Corporate Governance)

Pengertian ESG adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya (UNWCED, 1987). International Finance Corporation (IFC) pada tahun 2008, mendefinisikan kembali konsep bisnis berkelanjutan menjadi ESG, yang mendorong profitabilitas bisnis jangka panjang: lingkungan, sosial, dan tata kelola (environmental, social, and corporate governance). ESG akan berdampak terhadap bisnis berkelanjutan.

Friede et al pada tahun 2015 menganalisis lebih dari 2.200 penelitian unik dan menemukan 90% penelitian menunjukkan adanya hubungan ESG yang positif dengan kinerja keuangan perusahaan. Secara khusus, temuan ini berlaku untuk Amerika Utara, Pasar Berkembang, dan kelas aset nonekuitas dan konsisten sejak pertengahan tahun 1990an. Dengan menggunakan 680 observasi terhadap emiten Indonesia pada tahun 2010-2018, kami menemukan: Pengungkapan ESG oleh GRI secara statistik signifikan meningkatkan laba atas aset dan harga saham, cateris paribus.

Investasi kelembagaan yang berfokus pada ESG terlihat melonjak 84% menjadi US$33,9 triliun pada tahun 2026, mencakup 21,5% dari aset yang dikelola (laporan PWC). Lebih dari 90% perusahaan berencana meningkatkan anggaran kelestarian lingkungan pada tahun Depan (Honeywell).

Mengapa tren ESG meningkat?

Pendorong ESG antara lain: efisiensi dan efektivitas, karyawan, peraturan, penyedia modal, dan pelanggan.

Peraturan

Pendorong ESG yang peraturan (regulator) dimandat oleh pemerintah. Karena dimandat oleh pemerintah maka ada insentif bagi yang mengikuti dan ada denda bagi yang ditdak mengikuti.

Penyedia modal

Meningkatnya jumlah investor menurut Forbes (2022) adalah investor  erencana untuk meningkatkan alokasi modal mereka ke pasar negara berkembang dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat di wilayah tersebut selama lima tahun ke depan. ini merupakan perubahan dari aktivitas sebelumnya, yang berfokus pada pasar yang lebih maju. Selain itu, Forbes juga menyatakan bahwa para investor dan publik menuntut agar lebih transparansi, keterbukaan, dan kepemimpinan yang bertanggung jawab secara sosial dari perusahaan (2023).

Selain Forbes, EY menyatakan bahwa pada tahun 2018, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan kerangka obligasi hijau (Green Bond) dan sukuk hijau (Green Sukuk) dalam mendanai atau pendanaan kembali proyek-proyek hijau yang memenuhi syarat berkontrobusi terhadap tujuan negara dalam mengurangi emisi rumah kaca (Greenhouse Gas/GHG), beradaptasi terhadap perubahan iklim, dan melestarikan keanekaragaman hayati. Hal ini menyebabkan penerbitan total sebesar 3,75 miliyar dolar US pada tahun 2022, dimana Pemerintah Indonesia telah sukses menerbitkan obligasi/sukuk hijau setiap tahun sejak tahun 2018, negara Indonesia telah diramalkan akumulasi penerbitan sebesar 8.1 miliar dolar US atas obligasi keberlanjutan (2022).

Selain peran pemerintah, dari berbagai industri juga sudah mendukung agenda keberlanjutan ini. Industri yang bergerak di konstruksi, menurut UN Environment Programme (2022) menyatakan bahwa pada tahun 2021, jumlah sertifikasi atas bangunan hijau meningkat menjadi 19% diseluruh dunia dibandingkan di tahun 2020. Selain kontruksi, industri yang bergerak di investasi menurut Bloomberg (2023) menyatakan penerbitan obligasi keberlanjutan menduduki lebih dari setengah triliyun dolar US dalam enam bulan pertama pada tahun 2023, didukung oleh rekor tingkat penerbitan obligasi ramah lingkungan. Industri yang bergerak dibidang fashion sesuai dengan pernyataan dari Statista (2023) dimana pangsa penjualan pakaian ramah lingkungan terus meningkat selama dekade terakhir, dan tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, dengan pangsa pasar diperkirakan akan mencapai lebih dari enam persen pada tahun 2026.

Inisiatif ESG seperti efisiensi energi, manajemen waste, manajemen supply chain, dan lain-lain; hal ini dapat menuntut kepada efisiensi dan efektivitas dari kinerja perusahaan yang akan berdampak kepada biaya dan kinerja operasional. Inisiatif ESG dapat mendorong karyawan dalam menciptakan kesempatan bagi perkembangan karyawan, menciptakan tempat kerja yang beragam dan inklusif, serta menciptakan peningkatan kesejahteraan karyawan. Dari inisiatif ESG ini dapat menarik karyawan berketrampilan yang beragam. Mengutip pernyatan SHRM (2023) dimana lebih dari 90% perusahaan S&P 500 menerbitkan lapora ESG dalam berbagai form, menurut Governance & Accounting Institute di New York, dan sepertiganya (33%) dari karyawan Amerika Serikat yang bekerja untuk perusahaan yang memiliki tujuan ESG menyatakan strategi ESG adalah salah satu alasan mereka melamar pekerjaan sebagai karyawan mereka.

Pelanggan

Pendorong ESG menjadi trend saat ini juga berasal dari pelanggan. Standar ESG menyarankan perusahaan untuk menjaga hubungan dengan pihak ketiga (supplier atau customer) dalam penilaian ESG. Karena adanya standar tersebut maka perusahaan harus bisa memenuhi syarat yang telah diterapkan.

Efektif dan Efisien

Pendorong ESG berikutnya adalah efektif dan efisien. Dimana hal ini menuntut kepada biaya operasioan jangka panjang yang lebih rendah daripada yang tidak menerapkan ESG.

Karyawan

Pendoorong ESG berikutnya adalah karyawan. Perusahaan yang menerapkan ESG, secara tidak langsung mendorong karyawan berketrampilan ragam. Dan dapat menarik calon karyawan dalam hal melamar ke perusahaan dengan ketrampilan ragam yang dimilikinya.

Kesalahan Umum

Dalam menjalankan Environmental, Social, and Governance (ESG), perusahaan seringkali melakukan kesalahan tertentu yang dapat menghambat keakuratan dan transparansi pelaporannya, seperti:

  • CSR dianggap serupa dengan ESG, sedangkan CSR tidak sama dengan ESG
  • Membedakan ESG dengan proses bisnis Perusahaan
  • Informasi/topik keberlanjutan perusahaan tidak berhubungan dengan konteks industri
  • Perusahaan tidak memiliki rencana strategis ESG
  • Upaya-upaya ESG di dalam perusahaan hanya terfokus pada pemenuhan persyaratan regulasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *