Perhotelan

DAMPAK INDUSTRI PARIWISATA TERHADAP EKONOMI, SOSIAL-BUDAYA DAN LINGKUNGAN

Author: Yuniawati Ekanigrum ,S.E. ,M.Sc

Dosen: D3 Perhotelan

Pariwisata sudah menjadi sebuah industri yang memberikan pengaruh pada aspek lain dalam kehidupan. Dampak-dampak yang muncul dari kegiatan wisata bisa bermanfaat dan bisa pula merugikan. Manajemen pengunjung merupakan salah satu alternatif upaya menekan dampak negatif pariwisata, berikut penjelasnnya.

Dampak negatif pariwisata terhadap ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan fisik dapat diatasi dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menjalankan manajemen pengunjung yang dapat meminimalisasi dampak negatif dari kegiatan wisata. Konsep ini menggambarkan suatu proses yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dan obyek wisata sehingga dapat diartikan bahwa manajemen pengunjung merupakan suatu kegiatan untuk mengelola pengunjung yang datan ke suatu obyek wisata sehingga memberikan manfaat.

Dalam manajemen pengunjung terdapat dua elemen dasar seperti berikut ini :

  1. Mencapai keseimbangan antara kebutuhan dan persyaratan dari obyek wiasta dan pengunjung
  2. Menjadi bagian penting dalam pengembangan dan pengelolaan suatu obyek wisata

Pada intinya, manajemen pengunjung merupakan peluang untuk mempengaruhi pergerakan pengunjung, memenuhi kebutuhan pengunjung, mendorong penyebaran kunjungan secara merata dan memberikan pengalaman wisata yang terbaik. Penerapan manajemen pengunjung hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan obyek wisata dan wisatawan.

Pada dasarnya ada dua cara menerapkan manajemen pengunjung sebagai berikut :

  1. Cara keras (hard measure), yaitu memaksa pengunjung untuk bertingkah laku sesuai dengan keinginan pengelola obyek wisata dengan cara sebagai berikut :
  2. Menutup sebagian atau seluruh area wisata untuk perbaikan dan perawatan.

Cara ini bisa diterapkan di obyek wisata yang teridir dari zona-zona wisata. Pengelola dapat menutup area yang dianggap sudah melebihi kapasitas atau perlu perawatan.

Sebagai contoh : pengelola Dunia Fantasi dapat menutup arena permainan Turbo Tur jika dianggap sudah melebih kapasitas daya tampung dan mesin-mesin permainan perlu diistirahatkan.

  • Memperketat waktu kunjungan di obyek wisata.

Cara ini diterapkan untuk obyek wisata yang memiliki waktu kunjungan.  Pengelola dapat memperketat waktu kunjungan, misalnya Museum Nasional memberlakukan jam buka pada pukul 08.00-14.30, Selasa s.d Kamis dan Minggu, pukul 08.30-11.30 untuk hari Jumat, pukul 08.30-13.30 untuk Sabtu and museum diistirahatkan pada hari Senin.

  • Memperkenalkan konsep parkir jemput (park and ride).

Konsep ini mengajak kepada seluruh pengunjung agar wajib memarkirkan kendaraan pribai di tempat yang tersedia. Prosesi pengenalan menggunakan bus pariwisata menuju daya tarik wisata.

  • Memperketat perpakiran, lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki.

Cara ini diterapkan oleh pengelola obyek wisata, seperti Taman Mini Indonesia Indah, dengan menyediakan kendaraan keliling. Kendaraan ini berhenti pada stasiun-stasiun tertentu dan pengunjung tinggal menunggu giliran untuk naik dan turun sesuai dengan keinginan.

  • Menciptakan konsep zonasi.

Cara ini dilakukan, pada umumnya, oleh pengelola obyek wisasta yang di lindungi, seperti Taman Nasional Ujung Kulon. Manajemen taman nasional membagi area menjadi beberapa zona, seperti zona perlindungan, zona wisata, dan zona fasilitas dengan tujuan agar setiap kegiatan wisata tidak saling mengganggu, sekaligus menjaga kelestarian daerah-daerah yang rentan

  • Memberlakukan pembayaran tiket masuk ke area wisata.

Beberapa pengelola obyek wisata memberlakukan pmbelian tiket masuk guna mengontrol pengunjung yang benar-benar datang untuk berwisata, sekaligus hasil penjualan dimanfaatkan untuk pemeliharaan dan pengembangan obyek wisata

  • Menggunakan strategi diskriminasi harga.

Strategi diskriminasi harga merupakan cara dengan membeda-bedakan harga berdasarkan demografi, psikografi dan/atau geografi. Sebagai contoh, harga rombongan lebih murah daripada harga tiket individu.

Gambar 1 : Taman Nasional Ujung Kulon
Sumber : Kabar 6.com
Gambar 2 : Candi Borobudur
Sumber : Suara.com

2. Cara lunak (Soft measure), yaitu memotivasi pengunjung untuk bertingkah laku sesuai dengan keinginan pengelola obyek wisata dan masyarakat. Caranya sebagai berikut :

a. Aktivitas promosi, terutama sebelum dan sesudah kunjungan dengan menawarkan paket kunjungan lebih dari atu hari untuk pasar sasaran tertentu dengan tujuan meningkatkan kesadaran pengunjung. Contoh, Taman Wisata Candi Borobudur menawarkan paket kunjungan tidak hanya ke Candi Borobudur sebagai atraksi utama, tetapi juga menggabungkan dengan sendratari Ramayana yang dipertunjukkan pada hari berikutnya dan dengan kunjungan ke candi-candi di sekitarnya, seperti Candi Prambanan.

b. Penyebaran informasi sebelum dan saat kunjungan betujuan membantu pengunjung merancang perjalanan wisata dan mendorong kunjungan ke daerah yang kurang popular sehingga penyebaran kunjungan merata, menyediakan jadwal dan pemandu wisata guna meringankan kepadatan pengunjung pada titik-titik daya tarik tertentu, dan memberikan saran untuk kunjungan pada musim sepi guna mendapatkan pengalaman wisata yang optimal dan mengurangi kemacetan kendaraan serta pengunjung.

c. Interpretasi, yakni mendorong apresiasi dan pengetahuan tentang suatu daerah wisata sehingga menimbulkan pemahamam terhadap konservasi dan masalah lingkungan. Interpretasi bertujuan tidak sekedar memberikan pemahaman tentang daya tarik wisataa, tetapi juga meningkatan pengalaman wisata, menghubungkan antara pemasaran dan pengembangan obyek wisata, melalui tema serta melindungi obyek wisata tersebut dari tekanan pengunjung.

d. Interpretasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya personal attended service, ketika pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan interpretes, seperti tur yang dibimbing (conducted tour), presentasi pada waktu-waktu tertentu, dan demontrasi atraksi wisata.

e. Penggunaan papan penunjun untuk mengarahkan pengunjung sesuai denan jalur wisata untuk menghindari pengrusakan, mengurangi kemacetan lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki, meminimalisasi konflik antar pengunjung, menarik perhatian wisatawan ke daerah yang kurang popular, dan memastkan pengunjung data mencapai obyek wisata cepat dan aman.

Gambar 3 : Gunung Tangkuban Perahu
Sumber : Berita Satu.com
Gambar 4 : Dufan Jakarta
Sumber : BeritaSatu.com

Manajemen pengunjung bermanfaat terhadap ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan. Beberapa keuntungan dengan menerapkan manajemen pengunjung di suatu obyek wisata adalah :

  1. Ekonomi

Manajemen pengunjung dapat memberikan manfaat ekonomi diantaranya :

  1. Penyebaran pengunjung ke seluruh wilayah dan pemerataan pendapatan melalui manajemen pengunjung, daerah yang kurang dikenal oleh pengunjung dapat diangkat dan diperkenalkan sehingga penyebaran arus kunjungan merata dan berakibat pada pendapatan wisata yang merata.
  2. Meningkatkan lama tinggal

Waktu kunjungan ke suatu obyek wisata dapat ditingkatkan melalui manajemen pengunjung, misalnya dengan mengemas paket kunjungan ke tempat lain pada keesokan hari.

  • Memacu kunjungan pada musim sepi

Pariwisata mengenal musim ramai dan musim sepi. Selain itu, melalui manajemen pengunjung, kunjungan pada musim sepi dapat dipacu dengan cara menawarkan paket kunjungan yang lebih murah, dan pengunjung dapat berwisata tanpa harus terjadi konflik dengan pengunjung lain.

  • Meningkatkan pengalaman wisata

Jika manajemen pengunjung dapat dilaksanakan dengan baik, maka tidak dapat disangkal bahwa pengalaman wisata akan meningkat karena kegiatan wisata berjalan dengan lancar dan memenuhi pengharapan.

  • Meningkatkan kualitas lingkungan melalui reputasi obyek wisata

Manajemen pengunjung bertujuan untuk memperpanjang usia kehidupan dari suatu obyek wisata dengan cara menjaga kualitas lingkungan (tidak membebani area wisata hingga melebihi kapasitas). Dengan demikian, jika suatu obyek wisata berkualitas dengan sendirinya citranya membaik dan reputasinya menjadi lebih tinggi.

  • Sosial budaya

Manajemen pengunjung memberikan manfaat sosial budaya sebagai berikut :

  1. Apresiasi dan pemahaman terhadap aset wisata setempat dapat ditingkatkan sehingga pengalaman wisata membaik dan pengunjung mendapatkan banyak manfaat dari pelaksanaan manajemen pengunjung.
  2. Menajemen pengunjung dapat mendorong rasa kebanggaan dan rasa memiliki terhadap suatu obyek wisata, misalnya melalui interpretasi, saat pengunjung diajak untuk memahami secara total obyek wisata yang dikunjungi.
  3. Kesadaran terhadap konservasi dan masalah-masalah lingungan dapat ditingkatkan
  4. Manejeman pengunjung menawarkan beragam pilihan kegiatan yang mungkin tidak dapat berkembang tanpa adanya pariwisata. Daerah yang kurang popular dapat diperkenalkan melalui manajemen pengunjung, misalnya dengan mengemas daerah tersebut ke dalam suatu paket kunjungan.
  • Lingkungan

Manfaat lain dari manajemn pengunjung adalah manfaat kepada lingkungan , sebagai berikut :

  1. Manajemen pengunjung dapat meminimalisasi kemacetan dan mengurangi polusi. Dengan pengaturan dan penyebaran kunjungan, suatu obyek wisata dapat terhindar dari kemacetan dan polusi
  2. Kemungkinan perusakan pada obyek wisata yang sensitif dapat dikurangi. Hal ini dilakukan dengan cara membuat zona-zona wisata. Hanya area yang memiliki kapasitas daya tampung tinggi dapat menampung arus kunjungan yang tinggi. Demikian pula sebaliknya sehingga area wisata yang rentan mendapat perlindungan dan usianya lebih lama.
  3. Manajemen pengunjung dapat dijalankan salah satunya dengan penetapan harga. Hasil penjualan tiket tersebut dapat dimanfaatkan untuk konservasi sehingga kualitas lingkungan membaik.
  4. Kualitas lingkungan dapat ditingktkan untuk kepuasan pengunjung dan pengelola. Manajemen pengunjung memberikan win-win solution, tidak bertujuan memberatkan salah satu pihak, baik pengunjung maupun pengelola.

Aplikasi manejemen pengunjung, meski bertujuan untuk meminimalisasi dampak negatif, dapat menimbulkam masalah lain, terutama dalam penerapan cara atau pendekatan kekerasan. Beberapa masalah yang mungkin timbul diantaranya sebagai berikut :

a. Pengawasan terhadap pelaksanaan manajemen pengunjung yang terlalu ketat dapat mengurangi minat kunjungan ke suatu obyek wisata. Jika manajemen terlalu keras dalam menerapkan manajemen pengunjung, ada kemungkinan minat kunjungan ke obyek wisata menurun, bahkan pengunjung enggan datang karean merasa dirinya diawasi.

b. Konflik antara peraturan dan keleluasaan berwisata

Kecenderungan, wisata bertujuan untuk santai dan bebas dari segala rutinitas, termasuk peraturan sehingga seringkali terjadi, wisatawan tidak mau mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh manajemen obyek wisata karena dianggap membatasi ruang gerak. Contoh, adanya peraturan di suatu hotel untuk tidak menggunakan celana pendek, padahal tujuan menginap di hotel itu untuk berlibur sehingga pengunjung bisa merasa tidak santai dan leluasa.

c. Ketidakpedulian pihak terkait terhadap pelaksanaan manajemen pengunjung

Manfaat pengunjung belum sepenuhnya dirasakan oleh pengunjung itu sendiri sehingga seringkali mengabaikan pelaksanaannya

d. Pembatasan-pembatasan yang diberlakukan dalam manajemen pengunjung dapat menimbulkan ketimpangan pengembangan obyek wisata. Hal ini terjadi bila satu area di suatu obyek wisata menjadi primadona dan pengunjung selalu menjadikan area tersebut sebagai obyek wisasta utama. Kecenderungan, manajemen akan memberikan perhatian lebih pada area utama dibandingkan area lain sehingga berakibat pengembangan di area lain yang sama penting menjadi terabaikan.

Referensi :

Ismayanti, 2010, Pengantar Pariwisata, penerit PT Grasindo, Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *